Sekarang kubongkar tentang bedah novel Lanang yang membantainya dari berbagai pisau analisis ilmu sastra dan jurnalistik pada 2008. Mana mungkin pisau bedah jurnalistik dan bahasa dilakukan untuk memahami seni novel itu. Lha pendekatannya bahasa sebagai ilmu pasti. Kunilai dia lupa tentang unsur sastra dari karya sastra. Dia lebih suka bergincu unsur bahasa untuk menciumi karya sastra. Belepotan. Maka hadirlah tiga pendekar pemilih novelku itu. Yang profesor seni bilang, dalam bahasaku, kita sisihkan dulu problematika bahasa pada karya novel ini. Rasakan denyut nadi kesusastraan mutakhir Indonesia. Apalagi yang dibicarakan kalau bukan wilayah seni. Dan profesor itu Sani, menghormati, melayani, memuja, memenangkannya dalam kancah sastra rezim bahasa yang telah membuat kita seperti robot-robot AI tak berjiwa, seperti katamu sendiri. Seberjiwa-jiwamya robot AI, tetap terasa ketidakberjiwaannya. Sedangkan soal seni yang coba dirumuskan dengan lahirnya fakultas jurusan seni murni, bagiku itu bukan mencoba merumuskan apa seni itu. Kita semacam meraba bentuk seni, sementara kita tak sanggup, tetapi hanya sanggup merasakan dan memuja. Ada ilmu seni. Bahkan studi seni ilmu murni itu juga dilembagakan. Ia hanya upaya untuk melihat bayang-bayang seni. Wujud sempurna seni murni itu, ia ada di sana yang kau sebut dengan ide. Jangan sebut ini ketinggalan zaman, terlalu lama, sementara sudah kau timbuni dia dengan berbagai tumpukan kertas teori demi teori yang tak lebih juga sekedar pengembangan atau perlawanan terhadapnya. Tetap arus utama sebagai akar pemikiranmu itu berpijak padanya. Jujuri saja. Aku sudah jujur kok. Jujur itu pondasi seni. Hudan punya cara sendiri untuk jujur. Kamu juga. Kalau kita sudah jujur, dalam mencari dan melayani, kita sedang berseni. Lihat itu. Seni. Sani. Taklukkan kesombongan ilmumu yang penuh klasifikasi teori para ahli sastra yang membuatmu jadi beo-beo SKS teori seni. Jelas, seni kritik sastra, adalah kuasa seni atas kritik sastra. Kuasa seni atas ilmu sastra. (YR)
Artikel terkait: Seni Kritik Sastra