Jumat, 18 April 2025

Taraf Hidup Itu Macam-macam

Prof. Hudan Hidayat akhirnya keluar dari grup. Kini aku sendiri tentang buku Seni Kritik Sastra. Sebelumnya tadi siang kami sudah ber-WA jalur pribadi. Kuungkap pendapatku dan sudah diizinkannya.

Guncang dengan Makna-makna Baru

Terima kasih Bunda Yeyen. Ya, lebih baik tentang seni kritik sastra terus ditanyakan ke mana dia akan dibawa. Karena novel sebagai seni terkadang ber-ending terbuka. Bahkan jangankan seni, dalam penelitian ilmiah pun acap kita jumpa pertanyaan-pertanyaan lanjutan dari sebuah ilmu. 

Ke Mana Sebetulnya Mau Dibawa Seni Kritik Sastra Itu.

Aku baru saja cari tulisan lamaku untuk masuk buku pertama Seni Kritik Sastraku. Mauku tulisanku di Jawa Pos berjudul Dikotomi Literasi dan Sastra. Kucari di google, eh malah ketemunya wacana di penerbitmajas.com yang berjudul Sastra Bukan Segalanya. 

Sastra Bukan Segalanya

Kebebasan berpikir merupakan senjata utama dalam hidup ini. Banyak hal yang tak mampu kita lakukan namun dapat kita pikirkan. Bahkan kita dapat ke surga atau neraka pada saat bersamaan, di dalam pikiran. Namun banyak orang takut terhadap kebebasan berpikir. Tahukan kau sebabnya? 

Sayapku Dua Sudah Tumbuh Malah Lebih Dari Dua.

Kemarin Kamis Putih. Aku menemani Vitta ibadah di gerejanya sampai malam karena usai misa dilanjutkan tuguran. Berjaga seperti Yesus berdoa di taman getsemani semalaman. Tadi pagi menemani Vitta Jalan Salib mulai pukul 7 pagi. Tadi sore menemani Vitta Jumat Agung. Mulai pukul 3 sore. Tetapi semua berangkat kami sekitar sejam lebih awal.