Senin, 07 April 2025

Perjalanan Panjang Pemikiran Demi Pemikiran

Suer aku senang dengan kalian yang punya pendapat berseberangan. Dan aku tak kan debat kalian karena aku sedang berkarya. Kuyakin Hudan juga begitu. Kalian juga begitu kan, maka tulislah di sini pikiran dan perasaan kalian. Anggaplah itu catatan harian. Kumpulkan suatu saat menjadi karya utuh. Punyakmu itu. Mainkan. Ini musik bukan gambang kromong. Tapi boleh kau bilang itu pula. Dulu pun kedokteran dibilang seni. FK Unair zaman Belanda adalah Medical Art. Seni kedokteran, seni pengobatan. Sun Zu juga punya seni perang.Kau bilang itu makna konotatif? Denotatif atau bukan, kami sedang menghidupinya. Hudan Hidayat sudah berperang dengan seni sastranya sedari dulu. Maka ketika aku dan dua Rumpun Jerami lain yang sama berambut panjang buka lapak jualan Padang Bunga Telanjang di Graha Cipta 3 TIM 2003, aku pun beli Keluarga Gila-nya Hudan dengan CWI-nya. Creative Writing Institute. Ini dunia kreatif, hehe, kita sudah sama paham dan menjiwa. Dari Martin pun aku belajar, ini catatan perjalanan panjang pemikiran demi pemikiran manusia. Kata Plato kita kan punya Sema dan Soma. Mana tubuh dan mana jiwa. Pilih sendiri. Dan jiwa pun kita punya sais rasio untuk dua kuda bersayap kita. Satu perjuangan naik ke atas, satu nafsu turun ke bawah. Untung dua hari lalu aku sudah bersama Mahadewa di surga kesatu. Jadi tahu arti mayapada. Dan aku tak akan hanyut di mayapada penuh fatamorgana. Puah! Ini bukan mantra Tardji sang menantu pengusaha obat hewan kita. (YR)

Artikel terkait: Seni Kritik Sastra

Tidak ada komentar: