Kuingin bilang tentang asal kata seni yang lain, dari kata Sani dalam bahasa Sansekerta. Artinya pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan, pencarian dengan hormat dan jujur. Kalau sudah begini akan terasa bedanya dengan ilmu. Mana pernah ada pencarian ilmu yang dilandasi dengan diksi-diksi itu. Tolong sebutkan bila sudah kau temukan. Kita sering dengar bahwa dengan seni dunia menjadi indah, dengan ilmu semua menjadi mudah. Kukawinkan dah, dengan seni semua menjadi indah karena ada pemujaan dan penghormatan terhadap apa pun, termasuk terhadap sesuatu yang tak kita ketahui batasnya. Tetapi kita merumuskan dengan abstraksi dan klasifikasi kritis dengan metode ilmiah untuk sebuah kepastian ilmu. Kalau belum ketemu, sementara kita pakai teori ilmiah yang lama. Setelah ketemu, barulah kita pakai yang baru, sembari mencari pembaruan lagi, begitu seterusnya sampai ketahuan semakin berilmu semakin tampak kebodohan kita. Ada yang tak dapat kutaklukkan dengan ilmu dan mau tak mau aku memujanya, menghormatinya, melayaninya, semua dengan rasa jujur. Ya seni, aku tak tahu siapa kamu. Kita tahu karena kita merasa menguasai secara pasti rumusan suatu hal. Kita tidak tahu karena kita berada dalam kekuasaannya yang lebih tahu tentang kita daripada kita sendiri. Dengan ilmu kau bilang aku berpikir maka aku ada. Dengan seni aku bilang aku tak tahu maka aku hormat, melayani, memuja. Ilmu di bawah kekuasaan kita. Seni di atas kekuasaan kita. Itu kredoku. Maka aku yakin, Profesor Filsafat seni tidak sembarangan memilih novelku nomor lima dari 252 novel yang bertarung cari muka. Aku yakin itu termasuk novelmu. (YR)
Artikel terkait: Seni Kritik Sastra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar