Oleh: Yonahan Rahardjo
Apa penyebab "penghancuran" (bahasa yang dipakai: revitalisasi) Taman
Ismail Marzuki tidak menimbulkan gerakan seniman yang besar dalam
menolaknya termasuk dari sebagian seniman yang suka menggelandang di
dalamnya? Jawabannya, persis dengan jawaban pertanyaan ini: Mengapa
tidak ada gerakan progresif Indonesia? Yang terkait pilpres kemarin kan
diprogresif-progresifkan. Progresif yang sesungguhnya tentu tidak
seperti setelah dedengkot 1 dan 2 ber-teletubies langsung "cek klakep
dolanan bak bekel bareng". Ya, seperti itulah.
Jadi, apa arti hilir-mudik semua seniman yang dibaptis dalam sebagai seniman Indonesia di TIM selama ini? Seniman itu datang sebagai apa, ternyata?