Rabu, 19 Februari 2020

Wacana | SENIMAN TAK HARUS SEPERTI ENDANG BAHUREKSA TIM?

Oleh: Yonahan Rahardjo

Apa penyebab "penghancuran" (bahasa yang dipakai: revitalisasi) Taman Ismail Marzuki tidak menimbulkan gerakan seniman yang besar dalam menolaknya termasuk dari sebagian seniman yang suka menggelandang di dalamnya? Jawabannya, persis dengan jawaban pertanyaan ini: Mengapa tidak ada gerakan progresif Indonesia? Yang terkait pilpres kemarin kan diprogresif-progresifkan. Progresif yang sesungguhnya tentu tidak seperti setelah dedengkot 1 dan 2 ber-teletubies langsung "cek klakep dolanan bak bekel bareng". Ya, seperti itulah.

Jadi, apa arti hilir-mudik semua seniman yang dibaptis dalam sebagai seniman Indonesia di TIM selama ini? Seniman itu datang sebagai apa, ternyata?