Mengalir kok Senior Hu, aku menulisnya, jadi seakan tanpa teori. Teoriku sebetulnya banyak sekali, mulai dari teori ayam mencari makan sampai babi kuda disuntik mati. Tapi aku lupa semua caranya, hanya kuambil saripatinya untukku menulis ketika harus menulis dengan isi hati. Terlalu oon aku bila harus persis nama-nama sel-sel dan jaringan sehat serta sel-sel dan jaringan sakit. Teorinya ada di ilmu jaringan sehat dan sakit. Histologi dan histopatologi. Kalau hafal ya aku akan jadi dosen. Aku yakin temanku yang pintar juga sudah lupa semua. Namun aku yakin ada strukturalisme untuk semua hal itu. Maka kupakai hal itu untuk menulis. Dunia berbeda kutub secara ekstrim kulakoni, maka kalau aku menulis sastra termasuk seni kritik sastra, ya semua keluar begitu saja. Sangat asyik Hu, cara ini. Ini bukan kebenaran aksioma Hu. Tapi ini yang kumiliki. Lalu terceliklah mata batinku ternyata yang ilmunya linier sastra atau bidang yang digeluti tak berjauhan dan kurang variatif, maka mereka akan punya cara pandang versi mereka sendiri yang macam itu. Hanya ini yang kubilang, seni sastra itu kan dunia budaya, mengapa begitu diperlakukan sekaku itu. Pakai kaidah jurnalistik lagi. Jurnalistik dan sastra jelas beda. Adanya jurnalistik sastrawi itu bukan solusi, karena itu perkawinan semu bila yang ditunjukkan wujudnya seperti itu. Sastra tak sesempit pandangan mereka. Aliran sastra saja yang kubikin konten tempo hari ada 12. Itu yang dapat ditandai. Firman atau Kata Tuhan itu kan sastra, Hu, seperti katamu. Dunia roh dari Firman itu lebih heboh dalam senyap. Maka ada doa yang tak terucap. Lalu dipermiskin dengan mantra Sutardji Calzoum Bachri. Miskin amat, mantra dibikin seperti itu. Orang berbahasa Roh ya gagap kalau akhirnya harus berpura-pura menyebut kata-kata tertulis di buku-buku Tardji yang belakangan berkredo lain lagi. Terlalu luaslah bahasa Roh itu. Mantra itu hanya secuil upil. Sastra kok dikerdilkan dengan aturan-aturan seperti pasang kateter untuk orang tua jompo. (YR)
Artikel terkait: Seni Kritik Sastra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar