Senin, 07 April 2025

Kritik Sebagai Seni Tersendiri

Filsafat kritisisme Imanuel Kant menjembatani rasionalisme Rene Decartes dan empirisme David Hume, pada abad pencerahan abad 18 dan 19. Bahwa bukan hanya rasio dan bukan hanya pengalaman yang dapat dipakai sebagai alat mendapatkan kebenaran. Kritik sastra tentu juga kritis terhadap sastra yang masuk ranah seni. Tetapi selama ini kritik sastra sering kering sebagai ilmu, berbeda dengan seni. Memang ada lomba kritik sastra, tetapi kemunculannya lebih sebagai pendukung munculnya karya seni bermutu daripada kritik sebagai seni tersendiri. Bagaimana menjembatani kutub-kutub ini? Amanlah kita yang pelaku seni sastra yang dapat berekspresi menuangkan kritik sebagai suatu seni tersendiri. Pernah saya coba lakukan saat mengkritik karya-karya sastra yang dibacakan pada acara Lampion Sastra Dewan Kesenian Jakarta sekitar 2004. Ternyata asyik, narasi kritik itu selayaknya cerita tersendiri, prosa ataupun puisi. Maka kritik sastra menemukan jalan seninya. (YR)

Artikel terkait: Seni Kritik Sastra

Tidak ada komentar: