Senin, 07 April 2025

Kritik dengan Cara Sastra

Seorang penulis puisi mengamuk akibat puisinya disebut jelek. Wajar, kritik sehalus apa pun tetaplah kritik dan sesungguhnya menyakitkan. Kritik terhadap karya sastranya pun terasa sebagai perlakuan yang tidak sastrawi meski dilakukan di ruang sastra. Dengan menghidupkan seni kritik sastra sesungguhnya kita sedang menghidupkan seni bagi yang dikritik sekaligus seni yang mengkritik. Sekaligus kita menghidupkan budaya tulis yang sekarang tenggelam oleh budaya lisan meski secara fisik tertulis di layar grup WA. Ini sekaligus tabungan kita menghasilkan karya, alih-alih menguar budaya lisan yang terlalu hiruk pikuk di era post truth saat ini. Yang terlalu sering berbicara seolah-olah pemilik kebenaran. Kita dapat memilih langkah kita sendiri dengan memberikan kritik secara tertulis untuk membangun seni sastra kita sendiri. Mari tuliskan kritik-kritik kita terhadap karya-karya sastra siapapun itu, dan fenomena kesusastraan umum, dengan cara sastra kita. Mari bangun kepribadian kita yang lebih berbudaya dan bercitarasa seni. Hal ini secara rasio dan pengalaman akan lebih berguna. Dan membuat kita semakin cinta pada proses yang telah dan akan terus kita jalani. (YR)

Artikel Terkait: Seni Kritik Sastra

Tidak ada komentar: