Jumat, 18 April 2025

Sayapku Dua Sudah Tumbuh Malah Lebih Dari Dua.

Kemarin Kamis Putih. Aku menemani Vitta ibadah di gerejanya sampai malam karena usai misa dilanjutkan tuguran. Berjaga seperti Yesus berdoa di taman getsemani semalaman. Tadi pagi menemani Vitta Jalan Salib mulai pukul 7 pagi. Tadi sore menemani Vitta Jumat Agung. Mulai pukul 3 sore. Tetapi semua berangkat kami sekitar sejam lebih awal. 

Sayap sayap patah. Kahlil Gibran. Apa hubungannya? Tak kukatakan. Meski kata seorang teman yang keluar dari grup Seni Kritik Sastra ini tulisanku terlalu banyak fragmen dan dia menuntut kausalitas. Sebab akibat. Kukasih daun waru merah saja. Aku bilang Seni Kritik Sastra. Bukan Ilmu Kritik Sastra. Kalau dia pernah baca novel berjudul Dadaisme karya Dewi Sartika pemenang lomba novel era 2004 dia akan paham. Novel berjudul aliran sastra. Terbayang dah semuanya. Kembali ke sayap-sayap patah. Aku baru dapat pelajaran di gereja Vitta. Romo Adrianus Aman mengupas kisah penyaliban Yesus dari sisi yang tidak kuduga sama sekali. Biasanya di mana-mana pembahasannya tentang Kasih Allah yang mengurbankan Allah Putra, Putra Allah, Yesus untuk menebus manusia. Kali ini tak. Romo Aman malah membahas Yesus tidak pernah menyalahkan siapa-siapa saat Dia harus disalib. Tidak Pilatus, tidak ahli taurat Yahudi, tidak siapa pun. Tidak juga Maria ibundaNya. Sayap-sayap patah. Aku tidak menyalahkan siapa-siapa. Kalau sayap-sayapku juga patah. Aku terus menulis saja di Seni Kritik Sastra. Tadi ada teman lama yang akan tag aku kalau dia menulis puisi. Tendensinya jelas. Dan aku suka. Tak patah lagi dah sayap-sayapku. Dia eh mereka karena sayapku dua sudah tumbuh. Malah lebih dari dua.

Tidak ada komentar: