JAKARTA, Penerbitmajas.com – Indonesia bersiap menyambut era kemandirian peternakan rakyat yang transformatif. Kementerian Pertanian (Kementan), didukung oleh mega-investasi strategis senilai Rp 20 triliun yang disalurkan melalui PT Danantara, secara resmi meluncurkan program pembiayaan terbesar yang didedikasikan untuk 3,7 juta peternak kecil di seluruh negeri. Inisiatif ini adalah respons tegas pemerintah untuk mendekonstruksi tantangan fundamental yang selama ini menggerus margin keuntungan peternak: volatilitas harga input hulu dan fluktuasi harga jual ekstrem.
Fokus Hulu: Menciptakan Otonomi Pakan Melalui 30 Pabrik Mandiri
Kunci Sentral dari program ambisius Rp 20 triliun ini adalah revolusi industri hulu peternakan rakyat.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menekankan bahwa solusi akar masalah terletak pada kontrol penuh atas biaya produksi. "Peternak kita tidak boleh lagi berada di bawah tekanan harga pakan yang tidak stabil. Karena itu, kami mengambil langkah tegas: membangun infrastruktur industri pakan mandiri," tegas Mentan Amran, sebagaimana terkonfirmasi dalam siaran pers resmi Kementan.
Dana fantastis tersebut akan diprioritaskan untuk mendirikan 30 titik pabrik pakan strategis di sentra-sentra produksi peternakan. Proyek ini akan dieksekusi dalam dua fase:
Fase I: Pembangunan awal di 12 lokasi prioritas.
Fase II: Ekspansi dengan tambahan 18 lokasi, menggenapkan total menjadi 30 pabrik.
Tujuan akhirnya jelas: memutus mata rantai ketergantungan peternak pada pakan impor atau pakan dari korporasi besar, yang secara langsung akan merasionalisasi Harga Pokok Produksi (HPP) peternak.
Stabilisasi Input Kritis: DOC, Vaksin, dan Ekuitas Harga
Investasi Danantara tidak hanya berhenti pada pakan. Alokasi signifikan juga diarahkan untuk memproduksi dan menstabilkan pasokan sarana produksi utama (Saprodi), mencakup day old chick (DOC), vaksin, dan obat-obatan esensial.
Mentan Amran menegaskan pentingnya ekuitas harga di seluruh wilayah. "Kami menjamin stabilitas harga pakan, vaksin, dan obat-obatan di seluruh Indonesia. Tidak ada toleransi lagi untuk disparitas harga yang merugikan peternak rakyat," ujarnya. Langkah ini krusial untuk memitigasi risiko kegagalan panen dan kerugian yang sering dialami peternak kecil akibat kelangkaan atau lonjakan harga input.
Dampak Makro: Menjaga Keseimbangan Harga Konsumen dan Produsen
Secara jangka panjang, inisiatif hulu ini dirancang untuk mencapai stabilitas HPP telur dan daging ayam, terutama menjelang momentum permintaan tinggi (hari besar keagamaan atau liburan).
Dengan terkontrolnya biaya input, program ini akan memberikan dampak ganda yang berkelanjutan:
Proteksi Margin Peternak: Margin keuntungan peternak rakyat terjaga, terlindungi dari erosi akibat kenaikan harga pakan.
Mitigasi Inflasi Pangan: Harga jual di tingkat konsumen akan lebih terjangkau dan stabil, membantu mengendalikan inflasi yang bersumber dari komoditas pangan hewani.
Dr. Purbaya, Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menyambut program ini sebagai titik balik (game-changer). "Ini adalah model hulu-isasi yang cerdas. Pemerintah mengambil peran kontrol pada suplai input, yang sebelumnya didominasi segelintir pihak. PT Danantara kini memegang mandat untuk mewujudkan harga yang lebih rasional dan menyeimbangkan kedudukan peternak rakyat dengan skala besar," komentarnya.
Kesimpulan: Program Rp 20 triliun ini lebih dari sekadar bantuan finansial. Ini adalah investasi strategis untuk kemandirian pangan hewani nasional dan jaminan kesejahteraan usaha bagi jutaan peternak rakyat Indonesia. (YR)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar