Mari kita kaji secara kritis argumen yang disajikan mengenai Matius 28:19 ("Perintah Agung"). Argumen tersebut mencoba menyederhanakan perintah ini berdasarkan latar belakang murid-murid Yesus dan interpretasi kata "Go".
Kritik Terhadap Poin 1: Status Pendidikan Murid-Murid
Poin pertama berargumen bahwa status "Drop Out" (tidak lulus Bar Mitzvah/pendidikan resmi Yahudi) dari murid-murid Yesus menunjukkan bahwa Perintah Agung tidak memerlukan keahlian formal, melainkan hanya berfokus pada mereka yang sudah menjadi murid.
Analisis Kritis:
Pentingnya Latar Belakang Murid: Meskipun benar bahwa sebagian besar murid Yesus berasal dari latar belakang non-pendidikan keagamaan formal (seperti nelayan atau pemungut cukai) dan dipilih oleh-Nya, menyimpulkan bahwa ini secara eksklusif mendikte cakupan Perintah Agung adalah cacat logika.
Pilihan Yesus adalah Paradoks: Pilihan Yesus atas orang-orang "sederhana" (bdk. 1 Korintus 1:26-29) adalah untuk menunjukkan bahwa kuasa ilahi dan otoritas-Nya, bukan keahlian manusia, yang menjadi dasar misi tersebut. Ini adalah bukti kekuatan-Nya, bukan batasan misi-Nya.
Transisi Otoritas: Perintah Agung diberikan setelah kebangkitan Yesus, ketika Dia menyatakan, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi" (Matius 28:18). Perintah untuk memuridkan didasarkan pada otoritas Kristus, yang mengatasi batasan pendidikan formal para pelaksana (murid-murid).
Perkembangan Para Murid: Murid-murid tersebut, setelah menerima Roh Kudus pada Pentakosta, menjadi para rasul yang berotoritas dan berpengetahuan (Kisah Para Rasul 2). Mereka tidak tetap sebagai "drop out" yang sederhana. Mereka menjadi para pengajar yang ahli.
Kesimpulan Poin 1: Latar belakang pendidikan para murid tidak mengurangi atau membatasi cakupan Perintah Agung. Sebaliknya, hal itu menyoroti bahwa Yesus akan memperlengkapi mereka yang Dia panggil, dan misi tersebut tetap bersifat global dan transformatif.
Kritik Terhadap Poin 2: Interpretasi Kata "Go" (Yunani: poreuthentes)
Poin kedua mengklaim bahwa kata "Go" dalam bahasa Yunani, poreuthentes ($\pi \mathrm{o} \rho \epsilon \upsilon \theta \acute{\epsilon}\nu \tau \epsilon \varsigma$), harus diartikan sebagai "As you go" atau "Sambil kamu pergi"—mengimplikasikan bahwa pemuridan hanya terjadi secara santai di sekitar lingkungan terdekat murid tersebut.
Analisis Kritis:
Analisis Gramatika Yunani: Kata poreuthentes adalah partisip aorist dalam bahasa Yunani. Secara gramatikal, poreuthentes adalah partisip pengiring (attendant circumstance participle) yang mendampingi kata kerja utama, "Jadikanlah murid" (mathēteusate - $\mu \alpha \theta \eta \tau \epsilon \acute{\upsilon}\sigma \alpha \tau \epsilon$).
Fungsi Partisip Aorist: Ketika partisip aorist mendampingi kata kerja imperatif (perintah), sering kali ia dapat dimengerti sebagai tindakan pendahuluan atau tindakan yang mendahului tindakan utama.
Terjemahan yang Tepat: Terjemahan yang paling akurat secara gramatikal adalah "Setelah kamu pergi, jadikanlah murid" atau yang lebih umum, "Pergilah dan jadikanlah murid". Meskipun terjemahan "sambil kamu pergi" (yang mengimplikasikan aktivitas sehari-hari) secara teknis mungkin, penggunaan ini di sini lebih kuat mengindikasikan perjalanan/pergerakan yang bertujuan.
Konteks Alkitabiah: Menginterpretasikan Perintah Agung hanya sebagai pemuridan "santai di sekitar" mengabaikan konteks Matius secara keseluruhan dan implementasi awal gereja:
Cakupan Global: Frasa kuncinya adalah "sekalian bangsa" (panta ta ethnē - $\pi \acute{\alpha}\nu \tau \alpha\ \tau \acute{\alpha}\ \acute{\epsilon}\theta \nu \eta$). Ini secara eksplisit mencakup semua kelompok etnis/negara, bukan hanya lingkungan terdekat di Yerusalem atau Galilea. Kata ini menunjuk pada misi global dan lintas budaya.
Pola Kisah Para Rasul: Buku Kisah Para Rasul (kelanjutan dari Injil Matius) jelas menunjukkan bahwa murid-murid benar-benar pergi: dari Yerusalem, ke Yudea dan Samaria, hingga ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Rasul Paulus, khususnya, melakukan perjalanan misi yang jauh dan berbahaya.
Kesimpulan Poin 2: Meskipun pemuridan tentu harus terjadi dalam kehidupan sehari-hari ("as you go"), interpretasi ini gagal menangkap arti perintah yang bersifat misi/global. Kata "Go" dalam konteks ini adalah perintah untuk bergerak melampaui batas yang sudah ada demi menjangkau "sekalian bangsa."
Kesimpulan Kritis
Matius 28:19 bukanlah perintah yang sederhana dalam pengertian "mudah" atau "terbatas pada lingkungan terdekat," melainkan sederhana dalam pengertian jelas dan otoritatif dari misinya.
Latar Belakang Murid menunjukkan bahwa Yesus melengkapi mereka yang Dia panggil, bukan membatasi cakupan misi.
Kata "Go" (poreuthentes) dalam konteks "sekalian bangsa" (panta ta ethnē) dan otiritas Kristus, menuntut pergerakan yang disengaja dan berjangkauan global, bukan hanya aktivitas santai.
Perintah Agung adalah panggilan untuk memuridkan secara intensif (termasuk membaptis dan mengajar) yang tidak dibatasi oleh batas-batas geografis atau budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar