Hannah Arendt bukan sekadar akademisi; ia adalah seorang penyintas yang mengubah trauma sejarah menjadi fondasi pemikiran politik modern. Ia menolak label "filsuf" karena baginya, filsafat terlalu asyik dengan "manusia dalam kesendirian", sementara ia ingin memahami "manusia di tengah sesamanya."
Lahir dari keluarga Yahudi di Hannover, Jerman, intelektualitas Arendt ditempa di bawah bimbingan raksasa pemikiran seperti Martin Heidegger dan Karl Jaspers. Namun, kenaikan rezim Nazi memaksanya menanggalkan kehidupan kontemplatif. Ia menjadi pengungsi, sebuah pengalaman yang nantinya melahirkan pemikirannya tentang "hak untuk memiliki hak" (the right to have rights).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar