Artikel yang mengkritik kelompok kecil (KK) dan mengklaim 90\% di antaranya gagal dalam pemuridan menyajikan sebuah pandangan yang provokatif namun rentan terhadap beberapa kelemahan kritis.
Sementara kritik tersebut penting untuk evaluasi diri gereja, argumen untuk "menghentikan" kelompok kecil dapat dibantah berdasarkan logika, praktik pastoral, dan teologi komunitas.
1. Kelemahan Utama dalam Argumen Artikel
A. Fokus pada Kegagalan Alat, Bukan Kegagalan Pengguna (The 90\% Fallacy)
Kelemahan paling menonjol adalah menggeneralisasi kegagalan 90\% KK sebagai alasan untuk menghentikan seluruh sistem.
* Bantahan:
Masalahnya bukan terletak pada format kelompok kecil itu sendiri, tetapi pada pelaksanaannya (implementasi) dan definisi pemuridan yang diterapkan oleh gereja. Kelompok kecil hanyalah sebuah alat (vehicle). Jika sebuah mobil gagal mencapai tujuan, kita tidak membuang semua mobil, tetapi kita memeriksa mesinnya, rutenya, dan kemampuan pengemudinya.
* Intinya:
Kelompok kecil yang gagal adalah karena KK tersebut tidak memiliki visi pemuridan yang jelas, pemimpin yang tidak terlatih, atau hanya berfokus pada persekutuan dan sosial (kegiatan internal) tanpa dorongan ketaatan dan misi (kegiatan eksternal).
Menghentikan alat karena penggunaannya yang salah adalah pemecahan masalah yang berlebihan (over-correction).
B. Mengabaikan Nilai Komunitas yang Tidak Tergantikan
Artikel tersebut tampaknya meremehkan aspek vital kelompok kecil yang melampaui "pemuridan" formal—yaitu komunitas intim.
* Bantahan:
Pemuridan sejati adalah proses yang terjadi di dalam relasi otentik.
Kelompok kecil menyediakan wadah aman (safe space) yang tidak bisa disediakan oleh kebaktian besar. Di sana, transparansi, pengakuan dosa, akuntabilitas, dan pelayanan personal (one-another ministry) dapat terjadi.
* Dasar Teologis:
Model gereja mula-mula (Kisah Para Rasul 2:42-47) melibatkan pertemuan di Bait Allah (pertemuan besar) dan dari rumah ke rumah (pertemuan kecil).
Kedua format itu adalah komplementer, bukan saling meniadakan.
C. Asumsi Bahwa Ada Alternatif yang Lebih Baik
Jika kelompok kecil dihentikan, penulis harus menawarkan sebuah struktur yang secara inheren lebih efektif untuk mencapai tujuan pemuridan yang mendalam.
* Bantahan:
Alternatif apa pun yang ditawarkan (misalnya: one-on-one mentoring, kelas pemuridan formal) akan menghadapi masalah yang sama:
efektivitasnya sangat bergantung pada kualitas mentor/guru dan komitmen individu.
Tidak ada struktur pelayanan yang bebas dari potensi kegagalan.
Faktanya, KK seringkali merupakan cara yang paling efisien dan terukur untuk menyebarkan kepemimpinan dan perhatian pastoral kepada jemaat yang besar.
2. Kesimpulan: Perlu Reformasi, Bukan Eliminasi
Kritik Pastor Brian Jones seharusnya berfungsi sebagai pemicu reformasi, bukan perintah eliminasi.
Reformasi yang diperlukan adalah:
* Mendefinisikan Ulang Kualitas:
Mengubah tolok ukur sukses dari sekadar jumlah kelompok menjadi kualitas hidup murid (ketaatan, penginjilan, pengorbanan).
* Melatih Pemimpin:
Investasi besar-besaran dalam melatih pemimpin KK agar mereka menjadi mentor yang berorientasi pada transformasi, bukan hanya fasilitator diskusi Alkitab.
* Integrasi Visi:
Memastikan bahwa visi pemuridan gereja secara keseluruhan terintegrasi dan terlaksana di setiap kelompok kecil.
Kesimpulan kritisnya adalah:
Kelompok kecil bukanlah masalah, melainkan solusi potensial yang telah disalahgunakan atau dilaksanakan dengan lemah.
Gereja harus berjuang memperbaiki apa yang sudah ada, alih-alih membuang sebuah struktur yang memiliki dasar alkitabiah kuat dalam menyediakan wadah bagi komunitas intim dan pertumbuhan rohani personal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar