Bojonegoro, Penerbitmajas.com - Di tepian sungai terpanjang di Pulau Jawa, Bengawan Solo, sejarah acapkali tersimpan dalam diam, terkubur di bawah endapan lumpur dan pusaran air. Namun, pada tahun 2005, sang bengawan di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro, memutuskan untuk membuka salah satu rahasianya.
Embrio Sejarah: Sang Perahu Kuno (2005)
Sejarah galeri ini adalah sejarah tentang sebuah perahu kuno. Pada tahun 2005, warga Desa Padang menemukan sebuah bangkai perahu berukuran raksasa yang terbenam di dasar Bengawan Solo. Bukan sembarang perahu, ukurannya mencengangkan: panjang sekitar 25 meter dengan lebar 4 meter.
Penemuan ini menjadi "embrio" atau benih yang kelak menumbuhkan Galeri Bengawan. Para ahli menuturkan bahwa perahu ini bukanlah perahu biasa; ia adalah artefak bernilai sejarah tinggi, diperkirakan berasal dari era awal peradaban Islam di Jawa, menjadi saksi bisu jalur niaga dan kehidupan maritim sungai yang pernah jaya di masa lampau.
Visi Pemerintah: Mewadahi Sang Saksi Bisu (2019-2021)
Penemuan besar ini menyadarkan banyak pihak, terutama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), bahwa Desa Padang menyimpan potensi sejarah yang luar biasa.
Visi pun dibentuk: membangun sebuah wadah yang tidak hanya berfungsi untuk menyelamatkan dan memamerkan sang perahu kuno, tetapi juga untuk menceritakan kisah peradaban yang lebih besar—kisah tentang "Kultur Kebengawanan".
Pembangunan fisik galeri dimulai sekitar tahun 2019. Perjalanan ini tidak mulus; sempat terhenti pada tahun 2020 akibat refocusing anggaran, namun komitmen untuk menghidupkan sejarah ini tetap kuat. Pembangunan dilanjutkan kembali pada tahun 2021, difokuskan untuk merampungkan bangunan utama yang akan menjadi "rumah" baru bagi sang perahu.
Kelahiran Galeri Bengawan: Laboratorium Kebengawanan Nusantara
Galeri Bengawan akhirnya rampung dan resmi dibuka untuk umum. Ia menjelma menjadi lebih dari sekadar museum untuk satu artefak.
Galeri ini dirancang sebagai "Laboratorium Kebengawanan Nusantara". Ini adalah sebuah ruang di mana pengunjung dapat belajar dan merasakan denyut kehidupan masyarakat yang berabad-abad menggantungkan hidupnya pada sungai.
Ikon Utama: Tentu saja, bintang utamanya adalah perahu kuno tersebut. Setelah melalui proses restorasi dan rekonstruksi yang rumit, perahu ini kini dipajang dengan megah, menjadi pusat dari seluruh narasi galeri.
Arsitektur Unik: Yang membuat Galeri Bengawan ini istimewa adalah arsitekturnya. Bangunan galeri dirancang dengan sentuhan arsitektur Tionghoa yang kental. Ini bukan tanpa alasan; desain ini juga menceritakan sejarah bahwa Bengawan Solo adalah jalur perdagangan multikultural. Pengunjung kini tidak hanya melihat perahu kuno, tetapi juga menikmati "Lanskap Pecinan" yang indah dan fotogenik.
Koleksi Pelengkap: Selain perahu, galeri ini juga menampilkan berbagai temuan lain dari dasar Bengawan Solo, seperti uang kepeng kuno, manik-manik, dan berbagai fosil yang membuktikan kekayaan arkeologi di sepanjang alirannya.
Galeri Bengawan Hari Ini: Jendela Masa Lalu di Desa Padang
Dari sebuah penemuan tak terduga oleh warga di dasar sungai, Galeri Bengawan kini berdiri kokoh di Desa Padang. Ia telah bertransformasi dari sekadar "embrio" sejarah menjadi destinasi wisata edukasi dan budaya yang utuh.
Dengan tiket masuk yang terjangkau, galeri ini mengundang siapa saja untuk menengok kembali ke masa lalu, memahami bagaimana sungai yang perkasa ini pernah menjadi jantung peradaban, dan bagaimana Desa Padang, melalui penemuan bersejarahnya, kini menjadi penjaga salah satu memori terpenting di Bojonegoro. (Berbagai sumber)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar