BOJONEGORO, Penerbitmajas.com - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, bekerja sama dengan RSUD Soesodoro Djatikoesoemo, menggelar talkshow SAPA! Malowopati pada Kamis (20/11/2025). Kegiatan ini merupakan inisiatif proaktif Pemkab dalam meningkatkan kewaspadaan publik terhadap osteoporosis, penyakit tulang progresif yang sering kali tanpa gejala.
Definisi dan Karakteristik Osteoporosis
Narasumber utama, dr. Mei Ria Rahayu, Sp.KFR, menjelaskan bahwa osteoporosis didefinisikan secara klinis sebagai kondisi yang ditandai oleh penurunan signifikan massa tulang dan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang. Konsekuensi paling serius dari kondisi ini adalah peningkatan risiko fraktur atau patah tulang.
Dr. Mei, seorang Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dari RSUD Sosodoro Djatikoesoemo, menekankan sifat penyakit ini:
"Osteoporosis dikenal sebagai 'silent disease' atau penyakit diam-diam karena gejalanya tidak jelas di awal. Kehilangan massa tulang bisa mencapai 30% sebelum gejala seperti nyeri muncul atau terdeteksi melalui pencitraan."
Ia juga meluruskan kesalahpahaman umum antara osteoporosis (pengeroposan massa tulang) dan osteoarthritis (radang atau pengapuran pada sendi), yang memiliki mekanisme patologis dan protokol penanganan yang berbeda.
Kelompok Risiko dan Defisit Kalsium
Wanita pascamenopause disoroti sebagai kelompok dengan prevalensi kasus tertinggi akibat penurunan drastis hormon estrogen, yang vital dalam menjaga kepadatan tulang. Selain itu, masyarakat diminta mewaspadai faktor risiko lainnya:
Faktor Non-Modifikasi: Riwayat keluarga (genetik) dengan osteoporosis.
Gaya Hidup: Merokok, konsumsi alkohol, serta minuman berkafein atau bersoda berlebihan yang menghambat absorbsi kalsium.
Faktor Fisik: Inaktivitas fisik (kurangnya latihan beban) dan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang terlalu rendah.
Dr. Mei juga menyoroti permasalahan defisit kalsium di Indonesia. Individu di atas 50 tahun memerlukan kalsium harian sekitar $1.200 \text{ mg}$. Namun, asupan dari diet sehari-hari seringkali hanya mencapai $200–250 \text{ mg}$. Defisit masif ini memerlukan intervensi nutrisi yang terencana.
Penting juga ditekankan bahwa pembentukan puncak massa tulang terjadi hingga usia 23 tahun, menjadikan nutrisi tulang yang adekuat sejak masa kanak-kanak hingga dewasa muda sangat krusial.
Penanganan dan Pencegahan Fraktur
Bagi pasien yang sudah terdiagnosis, penanganan berfokus pada peningkatan kualitas hidup dan pencegahan fraktur. Dr. Mei menekankan pentingnya aktivitas fisik yang disesuaikan dan dikonsultasikan untuk memperkuat otot dan keseimbangan.
"Bagi lansia, pencegahan jatuh adalah prioritas utama. Ini termasuk modifikasi lingkungan rumah (menghindari lantai licin, karpet yang menghalangi) dan menghindari gerakan mendadak," tambahnya.
Sebagai penutup, dr. Mei Ria Rahayu memberikan tiga rekomendasi kunci untuk menjaga kesehatan tulang:
Latihan Fisik Teratur: Prioritaskan olahraga weight-bearing yang sesuai dengan usia.
Kecukupan Gizi: Pastikan asupan kalsium dan vitamin D terpenuhi melalui diet seimbang.
Modifikasi Gaya Hidup: Hindari faktor risiko seperti merokok dan konsumsi minuman yang dapat menghambat penyerapan kalsium. (PM)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar