LUKISAN TAK BERBINGKAI
Hary adalah pelukis realis jenius, tetapi jiwanya telah lama
dipimpin oleh sinisme dan dendam yang membakar (Trauma Losari).
Ia percaya bahwa Garis Putih
(integritas) hanyalah mitos bagi orang miskin. Ia memilih hidup sebagai Bunglon
yang sempurna, menjual keahliannya di pasar yang korup, sambil memendam iri
hati mematikan terhadap sahabat idealisnya, Yondra.
Ketika ia mencapai puncak kekayaan
dan kemunafikan, Hary justru sengaja menghancurkan segalanya. Kejatuhannya
bukan akhir, melainkan awal konfesi yang brutal: akar dosanya bukanlah uang,
melainkan iri hati dan lidah bercabang yang membusukkan karyanya.
Untuk menebus "dosa asal"
itu, Hary harus membangun benteng pertahanan moral baru—bukan dari idealisme
naif, melainkan dari Trio Garis Putih yang kokoh: idealisme Yondra,
moralitas istrinya Maya, dan struktur hukum yang dingin.
Didukung oleh fondasi ini, Hary
kembali ke kanvas untuk menciptakan karya agungnya: Lukisan Tak Berbingkai
Sejati. Lukisan itu bukanlah tentang kesempurnaan teknis, melainkan tentang
rekonsiliasi jiwa—bukti bahwa nilai terbesar seorang seniman adalah kejujuran
niat, bukan bingkai emas atau harga lelang.
Inilah kisah dramatis seorang jenius
yang harus menghancurkan kekayaan dan egonya demi menyelamatkan Garis Putihnya.
Akankah penebusan ini cukup untuk
mengubah bukan hanya dirinya, tetapi juga etika seni yang ia sumpahi sebagai
korup? Dan mampukah Lukisan Tak Berbingkai itu menjadi sebuah warisan
yang melampaui kanvas?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar