Pukul tiga sore, seperti janji yang dinanti, mobil iring-iringan itu tiba. Bupati Setyo Wahono, sosok yang familiar di mata warga, melangkah keluar didampingi Wakil Bupati Nurul Azizah. Senyumnya mengembang, menyapa satu per satu tangan yang terjulur. Setiap jabat tangan bukan sekadar formalitas, melainkan jembatan kehangatan yang meruntuhkan sekat antara pemimpin dan rakyat. Kamera-kamera ponsel teracung, mengabadikan momen langka ini, sebuah kenangan yang kelak akan diceritakan turun-temurun.
Sebelum kehadiran pemimpin Bojonegoro itu, Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), Zainal Fanani, telah terlebih dahulu berbagi keresahan. Di tengah cuaca yang tak menentu, nasib petani tembakau bak daun kering dihempas angin. Sebuah realitas pahit yang menjadi latar belakang bagi upaya-upaya pemerintah dalam melindungi warganya. "Bupati Medhayoh" memang bukan sekadar kunjungan, ia adalah wadah pertemuan antara para kepala desa, sekretaris desa, kelompok tani, hingga ketua RT dan RW se-Kecamatan Sugihwaras.
Teras rumah Kepala Desa Glagahwangi, yang disulap menjadi ruang pertemuan sederhana, menjadi saksi bisu dialog yang terjalin. Bupati Wahono, dengan nada nostalgia, berbagi cerita masa kecilnya, "Saya dulu waktu masih kecil, masa tanam tembakau, saya diajak ke sawah untuk mencari ulat tembakau." Sebuah kisah yang seketika mencairkan suasana, menghubungkan ingatan kolektif tentang masa lalu, tentang tanah yang sama-sama mereka pijak.
Namun, "Medhayoh" bukan hanya tentang cerita dan dialog. Ia adalah wujud nyata kehadiran negara di tengah-tengah warganya. Posko kesehatan gratis dari Dinas Kesehatan Bojonegoro tak pernah sepi. Miatun, dengan wajah berbinar, menceritakan pengalamannya, "Tadi saya tensi darah dan kolesterol yang tinggi, jadi dikasih obat gratis." Tak hanya pemeriksaan, edukasi gizi dan saran makanan sehat pun tak luput diberikan. Di sudut lain, Gerakan Pangan Murah yang digagas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian menjadi oase bagi warga yang ingin memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau.
Puncak acara tiba saat santunan jaminan kematian BPJS Ketenagakerjaan diserahkan. Tujuh keluarga di Kecamatan Sugihwaras, yang selama ini masuk dalam kategori pekerja rentan, menerima santunan sebesar Rp42 juta. Angka ini bukan sekadar nominal, melainkan secercah harapan, jaring pengaman yang dibangun oleh Pemkab Bojonegoro. Fadilah Utami, Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Bojonegoro, dengan bangga menjelaskan bahwa total pekerja rentan yang didaftarkan mencapai 157.058 orang, ditambah 35.000 penerima insentif daerah. "Hingga semester satu, sudah ada 198 penerima santunan dengan total anggaran sekitar Rp 9 miliar," ujarnya, suaranya dipenuhi rasa syukur. Ia pun tak henti mengapresiasi inisiatif Bupati Wahono dan Wakil Bupati Azizah. "Ini merupakan wujud nyata negara hadir untuk memberi pelayanan bagi masyarakat," tegasnya.
Malam mulai merayap, namun kehangatan "Bupati Medhayoh" masih terasa. Di antara senyum puas dan rasa lega, Desa Glagahwangi menjadi bukti bahwa sinergi antara pemerintah dan rakyat, di bawah naungan kepedulian, mampu menciptakan kebahagiaan yang tak terhingga. Kisah ini bukan sekadar berita, melainkan cerminan dari semangat kebersamaan yang tumbuh subur di tanah Bojonegoro. (foto: pemkab bojonegoro)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar