Drh. Taufiq Ismail dengan HH dan Gerakan Syahwat Merdeka 2007 melawan Hudan Hidayat, yang dengan Sastra Yang Hendak Menjauh dari Tuhannya 2007 menyerang pidato kebudayaannya, Budaya Malu Dikikis Habis Gerakan Syahwat Merdeka 2006. Taufiq itu dokter hewan orde lama. Pikirannya modernisme strukturalisme normatif. Hudan itu pasca strukturalis. Polemik di koran mereka melahirkan tulisanku Komunitas Sastra di Jurnal Nasional. Anehnya kemudian Hudan menjadi kontra TUK yang melahirkan penulis yang juga sealiran dengannya, misalnya Ayu Utami yang dimasukkan Taufiq masuk gerakan itu atau fiksi alat kelamin. Cukup syarat untuk gerakan karena mencapai kuota lima orang. Hudan dituduh neoliberalis oleh Taufiq yang musuhnya banyak. Alumni Lekra dan gelombang poststrukturalis posmodernis. Aku baru belajar politik, tidak bingung dengan segala keruwetan itu, seperti Taufiq bingung tulisan Hudan yang menurutnya ruwet. Dari sudut politik, semua dinamis. Bukan saatnya klasifikasi dan determinasi istilah, nilai dan makna. Leburlah semua jadi satu. Terima semua kemungkinan. Hadapi dengan gairah. Niscaya kau akan paham bagaimana hebat tulisan Hudan. Gantian aku memuji tulisannya, ia telah sering memuji tulisanku. Akan kubahas habis semua tulisan tentangnya. Dia bolo-ku. Bukan coro-ku. Bolo artinya teman, kawan. Coro artinya kecoak. Kulakukan ini karena aku sudah paham sastra bukan hanya sekedar mimesis, nilai, norma, bentuk. Kita sudah melampaui itu semua. Kusederhanakan saja, sastra juga dinamika.Jangan stop pengertiannya seperti dinamika politik, itu hanya perbandingan. (YR)
Artikel terkait: Seni Kritik Sastra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar