Jumat, 04 April 2025

Lebih Daripada Sekedar Ngeres Pikiran

Linda Christanty saking tertariknya dengan polemik Hudan Hidayat versus drh. Taufiq Ismail, menyarankan materi polemik didokumentasikan di blogspot.com. Setiap zaman ada anak emas masing-masing. Ketika Hudan dan kawan-kawan bertarung melawan Taufiq dan kawan-kawan "diam" seperti Helvy Tiana Rosa dengan barisan Forum Lingkar Pena, tampaknya gerakan syahwat merdeka kedodoran karena tidak terorganisasi rapi. Yang memberi nama gerakan kan bukan Hudan dan Ayu Utami serta Djenar Maesa Ayu. Tetapi drh. Taufiq. Menurutku Hudan tidak pernah berpretensi membuat gerakan itu. Tetapi kemerdekaan berkaya itu harus. Sifatnya universal. Tanpa gerakan pun akan hadir. Toh berikutnya pada gilirannya muncul Undang Undang Pornografi. Seiring Kramat Tunggak ditutup. Dolly jadi Islamic Center. Hudan sudah menjadi sufi sekarang. Masa sudah lewat, tak perlu dipaksa berhenti oleh drh. Taufiq, cukup naluriah manusia saja berbicara. Bahkan Sigmund Freud yang menulis hasrat seks yang mempengaruhi perilaku manusia ya tetap tidak tercatat mati karena sifilis seperti Nietzsche akibat suka jajan di rumah bordil. Drh. Taufiq terlalu berlebihan terhadap tulisan sastra Hudan. Menganggap tulisan sastra sama dengan majalah porno yang 1990-an saya pinjam dari teman Praktek Kerja Lapangan di Koperasi Susu. Sastra selangkangan Hudan tidak begitu. Yang dibicarakan lebih daripada sekedar ngeres pikiran pengkritiknya. Sastra memungkinkan itu. Bahkan berbeda dengan banyak pengamat lain, seorang pengamat berkata justru seks-lah pokok utama dalam novelku yang dibahas Hudan, bukan sekedar tempelan. Bukan pula ia makhluk tunggal dalam hidup manusia. Masa drh. Taufiq lupa, kuda yang kelaminnya sealiran kelamin manusia itu masa tidak punya masalah di luar organ biologis. Aku jadi bertanya, sebelum lulus drh, saat masih Drs.Med.Vet, senior drh. ini asisten dosen FKH di laboratorium apa. (YR)

Artikel terkait: Seni Kritik Sastra

Tidak ada komentar: