Lomba lukis kelas dua SMPN 1 Kota satu sekolah. Peserta lomba lukis masuk kelas dan setiap peserta mendapatkan satu meja. Mendapatkan kertas gambar ukuran A3. Ukuran kertasnya besar dibanding biasanya melukis dalam pelajaran reguler.
Semua peserta dibebaskan melukis sesuai dengan tema dan imajinasi masing-masing. Tidak ada kesempatan untuk melirik kiri kanan karena rata-rata terfokus pada ada kertas dan alat lukis masing-masing. Cuaca cukup cerah sehingga objek dan media lukisan dapat terlihat secara jelas.
Teman-teman Hary yang pandai melukis sudah beraksi dengan gaya masing-masing. Hary cukup tahu bagaimana Ryoso bergaya dengan goresannya yang rapi. Wowik mempunyai gaya yang detail dan mungil. Hary tidak memperhatikan Isti melukis apa karena baginya Isti tidak masuk hitungan. Wiji melukisnya biasanya detil bunga atau batik.
Hary mencoba melukis secara rapi tahap demi tahap. Waktu hampir habis ia tidak puas dengan lukisannya yang tidak mencerminkan kejiwaannya. Ia gelisah lukisannya tidak memuaskan.
Baiklah ia mainkan perasaan emosinya pada saat genting ini. Dicampurnya cat di air dengan kuas lantas kuas gerak-gerakkan di atas kanvas kertas. Warna-warni yang sudah tercipta dari goresan hati-hatinya menjadi berbaur.
Justru di sini letak keindahannya. Ekspresif dan suasana laut dengan rembulan purnama terkesan mistis. Gaya yang tercipta tepatnya ekspresionis realis atau realis ekspresionis.
Teman-teman Hary memperhatikan atau tidak, yang pasti pada saat pengumpulan hasil lukisan ia dapat mengumpulkan juga. Tinggal menunggu hasil pengumuman. Hary sendiri merasa lukisannya memuaskan hati.
Dan benar setelah pengumuman Hary mendapat juara pertama.
35 tahun kemudian, waktu sudah mengenal media sosial WhatsApp Wowik berkomentar. Katanya, Hary menjadi juara lomba lukis satu sekolah itu karena memainkan manuver pada saat genting itu. Kekuatan Hary justru pada saat genting di mana Hary bisa melenting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar