Di sisi lain, dekat sebuah papan besar yang menjelaskan "SEJARAH PERKEMBANGAN PERAHU BESI NGRAHO DARI MASA KE MASA", dua sosok pria berdiri. Salah satunya, berkacamata hitam dan bertopi, mengenakan kemeja biru gelap. Tangannya menjabat erat tangan pria di hadapannya, yang berpeci hitam dan berkemeja merah marun. Sebuah plakat, persembahan dari satu tangan ke tangan lainnya, tampak di antara mereka, memantulkan cahaya matahari yang cerah. Bukan sekadar jabat tangan biasa, melainkan simbol penghargaan, pengakuan, dan mungkin, janji untuk merawat warisan yang tak ternilai. Di latar belakang, teronggok badan kapal besi yang besar, saksi bisu keagungan masa lalu. Perahu Besi Ngraho, yang ditemukan pada 5 Maret 2011, seolah bangkit kembali dari tidurnya yang panjang di dalam tanah.
Papan informasi itu bercerita tentang penemuan Perahu Besi Ngraho, sebuah artefak berusia ratusan tahun yang ditemukan di Dukuh Dukoh, Desa Ngraho. Sebuah proyek ekskavasi dan analisis arkeologi telah mengungkap rahasia-rahasia di baliknya. Perahu besi ini bukan sekadar alat transportasi, melainkan cerminan peradaban yang pernah berjaya, bukti kemajuan teknologi pada masanya, dan mungkin, penanda jalur perdagangan yang ramai di sungai-sungai kuno.
Pemandangan ini, di bawah langit Bojonegoro yang biru, adalah perpaduan harmonis antara masa lalu dan masa kini. Ia adalah potret bagaimana sebuah penemuan arkeologi mampu menyatukan orang, membangkitkan rasa ingin tahu, dan menghidupkan kembali cerita-cerita yang nyaris terlupakan. Sebuah peringatan bahwa di balik setiap jengkal tanah yang kita pijak, tersembunyi warisan yang menunggu untuk digali dan dihargai. Dan di sanalah, di Bojonegoro, Perahu Besi Ngraho terus menceritakan kisahnya, dari masa lalu ke masa kini, kepada setiap jiwa yang mau mendengarkan. (Yonathan Rahardjo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar