Rabu, 30 Juli 2025

Dokter Antono, Urolog Surabaya, Prioritaskan Kemanusiaan di Ajang Bromo Tengger Trail Run


Penerbitmajas.com,  Probolinggo
- Dalam sebuah peristiwa yang menyoroti semangat kemanusiaan di tengah kompetisi, dr. Antono Pratanu, SpU dokter spesialis urolog RS Reksa Waluyo Mojokerto asal Surabaya, menunjukkan dedikasi luar biasa saat mengikuti ajang Bromo Tengger Trail Run 21K (total 22+ km) Minggu 27 Juli 2025. Meski berstatus non-pelari dan mengandalkan jalan kaki, dr. Antono memilih untuk mengesampingkan target medali demi menolong sesama peserta yang membutuhkan.

dr. Antono yang berusia menuju 70 tahun memulai perlombaan dengan perkiraan waktu yang ketat untuk mencapai cut-off time (COT) 6,5 jam, mengingat elevasi gain sekitar 1400 meter. Ia memperkirakan akan mencapai puncak Bukit Perahu, yang merupakan Water Station (WS) 1 di kilometer 9, dalam waktu 2,5 hingga 3 jam, dan perkiraan tersebut sesuai. 

Namun, di kilometer 6, dr. Antono bertemu dengan dua sweeper, Ery dan Samsul, yang meminta bantuannya untuk seorang peserta perempuan yang mengalami kelelahan dan muntah-muntah. Tanpa ragu, dr. Antono segera memberikan pertolongan pertama dengan obat-obatan dan membantu proses evakuasi hingga ke WS 1.

"Tidak apa-apa, Mbak. Saya kawal sampai WS 1, setelah evakuasi baru saya lanjut," ujar dr. Antono kepadanya yang sempat khawatir akan kehilangan waktu dan medali. "Kalau masih sempat ya syukur, kalau kelewat COT juga tidak apa-apa. Saya tidak mengejar medali kok, Mbak. Cari hiburan saja." Pernyataan ini menunjukkan prioritas dr. Antono terhadap nilai kemanusiaan di atas ambisi kompetisi. Setelah memastikan rekannya aman dievakuasi, dr. Antono melanjutkan perlombaannya.

dr. Antono juga berbagi pengalamannya mengenai rute lari yang ia lalui, dimulai dari Pendopo Agung Wonokitri, menanjak melalui jalur setapak menuju Penanjakan hingga Bukit Perahu yang menawarkan pemandangan indah serta memiliki kafe dan masjid besar. Rute kemudian sedikit menurun, naik kembali ke Penanjakan, lalu turun sejauh 9 km, memutar melalui Taman Edelweis, dan kembali ke Pendopo Agung. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini merekomendasikan Penanjakan atau Bukit Perahu sebagai lokasi terbaik untuk menikmati pemandangan matahari terbit.

Kisah dr. Antono menjadi inspirasi, mengingatkan kita bahwa hidup senantiasa penuh dengan variasi dan terkadang menghadirkan situasi di luar perkiraan. Dalam momen-momen tersebut, pengambilan keputusan yang baik dengan memprioritaskan hal yang lebih utama adalah kunci. (Foto: dr. Antono)

Tidak ada komentar:

Paling Baru