Sabtu, 26 Juli 2025

Aroma September di Purwosari: Denyut Tradisi dan Lahirnya Sanggar Sastra Djajus Pete


Purwosari Bojonegoro, Penerbitmajas.com
- Bulan September 2025 di Desa Purwosari, sebuah permata di bawah kepemimpinan Kepala Desa Umi Zumrothin, S.H., akan bergema dengan alunan gamelan dan riuh rendah tawa. Bukan sekadar deretan tanggal di kalender, melainkan panggung agung tempat tradisi berpadu dengan napas baru, merajut pesta rakyat yang tak hanya semarak, namun juga menghidupkan kembali roh budaya lokal.

Desa ini bersiap menyambutnya dengan tangan terbuka, dimulai dari ritual sakral "Manganan Mbah Gerit", sebuah penanda penghormatan pada leluhur yang telah berakar dalam sanubari warga. Aroma dupa dan doa akan berbaur dengan semaraknya Lomba Perawan Desa Memasak, sebuah kompetisi unik yang menjanjikan bukan hanya hidangan lezat, namun juga cerita-cerita di balik setiap bumbu dan rempah yang diolah.

Puncak perayaan budaya akan mencapai klimaksnya pada 5 September 2025. Siang hari akan diselimuti oleh pertunjukan Wayang Krucil, yang dengan gerak lincah dan suara khasnya akan menghipnotis penonton. Senja yang merambat perlahan akan disambut oleh pementasan Ketoprak di malam hari, membawa tawa dan haru dalam setiap lakon yang dimainkan, mengembalikan ingatan akan hiburan rakyat yang tak lekang oleh waktu.

Kemeriahan itu tak berhenti di sana. Pada 12 September 2025, jalan-jalan Purwosari akan dipenuhi warna dan riuh rendah dalam Pawai Budaya yang megah. Lalu, Grebeg akan hadir sebagai simbol kemakmuran, diikuti oleh pementasan Wayangan yang akan memukau penonton dengan keindahan seni pedalangan. Ini adalah hari-hari di mana setiap sudut desa akan bernyanyi, menari, dan bercerita.

Ketika Aksara Bersemi: Peluncuran Sanggar Sastra Djajus Pete

Namun, di tengah gelora tradisi, ada satu momen yang dinanti dengan napas tertahan, sebuah peristiwa yang menandai babak baru bagi Purwosari: peluncuran Sanggar Sastra Djajus Pete pada 13 September 2025. Ini bukan sekadar peresmian, melainkan deklarasi bahwa aksara dan pemikiran akan menemukan rumah baru di desa ini.

Momen bersejarah ini akan disambut dengan agung oleh pementasan Wayang Kulit yang dibawakan oleh Ki Bayu Aji. Namanya tak asing di telinga para pecinta wayang, ia adalah putra dari dalang legendaris Ki Haji Anom Suroto. Jemarinya yang piawai, suaranya yang menggelegar, dan pengetahuannya yang mendalam tentang wiracarita akan memukau setiap pasang mata dan telinga, memberikan berkah bagi kelahiran sanggar ini.

Di balik layar, persiapan untuk kelahiran Sanggar Sastra Djajus Pete telah dirajut dengan cermat. Koordinasi langsung dengan Kepala Desa Umi Zumrotin menjadi pondasinya. Sebuah pertemuan hangat telah digelar, mempertemukan Umi Zumrothin dengan Kang Zen Samin, Yonathan Rahardjo, dan Ellisabeth Vitta Dharmayantie.

Dalam suasana penuh keakraban, Kang Zen Samin tak mampu menyembunyikan rasa syukurnya. "Terima kasih Bu Umi atas segala support-nya," ujarnya tulus, dengan Yonathan Rahardjo dan Ellisabeth Vitta di sisinya, setelah berdiskusi mendalam dengan Ipung Restiani dan Kusno di Pusat Sanggar Sastra Djajus Pete yang berlokasi di Korgan, Purwosari. Kata-kata sederhana ini menyiratkan harapan besar akan masa depan sastra di Purwosari.

Dengan setiap helaan napas tradisi dan setiap deret aksara yang akan terpahat, Desa Purwosari mengundang siapa saja untuk menjadi bagian dari pesta rakyat ini. Rasakan kehangatan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun, saksikan lahirnya pusat sastra baru yang diharapkan menjadi wadah bagi bakat dan kreativitas lokal untuk bersemi. September ini, Purwosari tidak hanya merayakan masa lalu, tetapi juga merangkul masa depan. (Foto: Kang Zen Samin)

Tidak ada komentar:

Paling Baru