Perdebatan Kristen

Judul Buku: PERDEBATAN KRISTEN, Opini 
Penulis: YONATHAN RAHARDJO 
QRCBN: 62-1311-8637-360
Disain: Studio Syairupa 
Penerbit: MAJAS
Cetakan pertama: 2025
Tebal: 152 hlm 
Ukuran: 14x20 cm 
Distributor: Dwi Putera Jaya 


Sinopsis

1

Merespon doktrin sundul langit dan ketaatan praktis, saya berpendapat kondisional.

Pada akhirnya ketaatan kepada Tuhan tidak dinilai berdasar ilmu pengetahuan doktrinal. Tetapi pada hal paling sederhana yang termaktub dalam:

Hukum yang terutama dan pertama. Tidak ada yang melebihi hal ini.

Maka saya bersyukur mbahku dulu pakai Jarit dan kebaya ke gereja Katolik. Dan bulikku pakai rok.

Meski berbeda dengan ibuku yang ke gereja Advent, aku lega. Karena di dua gereja itu ada Yesus.

Yang satu manut kepada Romo dengan Alkitab, tradisi suci dan Magisterium Gereja Katolik. Yang satu manut kepada Alkitab meski sering ditafsir sendiri oleh pendetanya yang beda-beda tafsir.

Tidak ada yang sempurna. Kalau bilang caranya yang sempurna, bagiku itu hanya brengkesan pindang.

Mental baja dapat diasosiasikan dengan Superman yang disebut manusia baja. Tentu bukan makna sesungguhnya tapi makna kias.

Brengkesan pindang atau pepes ikan, istilahku untuk umat yang getol bahas teologi sebagai bangsa terpilih imamat rajani bangsa kudus kepunyaan Allah sendiri tanpa lihat tengkuk sendiri. Teologi yang sepola filsafat Yunani modern berani berpikir sendiri, alih-alih percayakan tugas tafsir kepada ahlinya yang diurapi dari atas.

Kalau itu terjadi, itulah realitas iman kita. Kalaulah itu kita, tak perlu berkecil hati menerima realitas juga. Bahwa menjadi produsen pepes ikan juga baik dan halal. Bahkan mulia.


2

Sejak bergaul di persekutuan doa antaraliran Kristen saat SMP, aku terbuka batok pikiran. Ternyata tentang kebenaran Alkitab, gerejaku bukan satu-satunya. Terus berlanjut sampai pralansia gigiku nyaris tanggal semua. Selalu ada debat macam pagi ini. 

Maka pertanyaanku sederhana. Kondisi di surga macam apakah yang kita bayangkan terjadi pada saat semua pendamba surga itu berada di tempat itu?

Biasanya bahasan dapat diperluas. Ketika orang lain percaya ada api penyucian, apakah yang dalam imajinasi kita api penyucian itu seperti gambaran api pembakar kambing guling?

Intisarinya, betapa pendeknya imajinasi kita tentang suatu makna rohani. Sama--sama tidak tahu, ributnya nomor satu. Lalu bilang orang lain sesat.


3

Selalu pemegang doktrin sola scriptura mengulik-ulik ayat-ayat Alkitab sebagai metode pemahaman terhadap apa yang tertulis di situ tentang surga dan semua hal futuristik itu. Ujung-ujungnya perbedaan demi perbedaan antar pengulik ayat itu. 

Sebagai anak rezim ini 16 tahun saya menghadapi rezim lain yang punya pola pikir berbeda. Akhirnya saya makin mantap, saya tak perlu pindah ke mana-mana. tak perlu meninggalkan tempatku berada. 

Mereka semua juga makan rice. Bahkan padi juga mereka sebut rice. Karak juga rice. Meski nasi, padi, karak, semua juga rice. Lebih kaya terminologi Jawaku sendiri. Ada sega, upa, pari, katul, sekul. kekayaan rohaniku tidak bakal kering jika aku hanya menimba pada sumur Yesus. 

Meski di sini aku harus lakoni pengakuan iman akibat keanggotaanku hilang akibat administrasi gereja kacau. Kok bisa data satu gereja hilang. Ya bisa saja. 

Meski kesabaranmu hilang sehingga kau harus pindah gereja akibat menerima pengajaran yang kelihatannya masuk akal lalu kau menghujat gereja lamamu, aku sarankan kau lebih arif. 

Arif itu bijak. Bijak itu bijaksana. Tapi aku juga sadar, manusia juga pembenaran demi pembenaran. Agar hatinya tidak resah.

Kau baca di situ, manusia juga pembenaran demi pembenaran. Bukan manusia juga butuh pembenaran demi pembenaran. Dengan menghilangkan kata butuh itu, aku sudah menyampaikan pesan bahwa itulah identitas manusia.

Manusia itu pembenaran demi pembenaran. Melekat pada dirinya. Bahasa kerennya Homo justification.

Jujur kalau mengikuti perdebatan antar penganut sola scriptura sendiri, kita persis seperti menangkap puting beliung itu. Sepagi ini saja kita sudah mendapat ajaran itu yang paling Homo justification. 

Bila aku burung gelatik, aku tetap tenang pada saat puting beliung ini berputar. Tetap santai cangkruk di atas ranting. Aku tak akan terempas akibat rantingku itu Yesus. Dan di tapak kakiku ada lem alteco.

Aku ingin menambahkan satu hal lagi tentang rice. Jawaku punya gabah. Indonesiaku juga. Tapi mereka bilang itu juga rice. Mengapa aku tenang dengan lem alteco pada Kristus, karena kita ini suka melihat rumput tetangga lebih hijau. Itu tipuan pencerapan fenomena. Padahal kita cukup masuk kamar. Kalau perlu tutup mata. Lalu ucapkan Doa Bapa Kami.

Lem alteco kita sering bayangkan sebagai lem yang beli di warung Waras. Kalau di situ tidak jual, belinya di warung Tur. Tidak ada, di pabriknya di Amerika juga tidak ada. Maka kita mesti buka mata rohani. Lem alteco Kristus mahadahsyat tak terhancurkan semua bahaya dan musibah.

Lalu pertanyaan pun meluncur deras, buktinya kok banyak anak Tuhan yang mengalami peristiwa menyedihkan. Maka kita buka mata hati rohani kita lagi. Maka kita paham kehendak-Nya dan kebenaran-Nya.

Masa kebenaran rohani mau disandingkan dengan kebenaran fisikal. Jangankan kebenaran fisikal. Hal bersifat tafsir macam kata ahli kitab itu pun kita dapat menilainya itu bukan masalah rohani. Tidak percaya? Mau berdebat?

Oleh karena itulah, saya salut dan bersyukur ada jawaban-jawaban mendarat di bumi dan jawaban itu prasojo. Bukan miskin makna seperti kata sederhana dalam bahasa Indonesia. 

Prasojo itu tidak sekedar sederhana. Tetapi juga secukupnya, sepantasnya. Jawaban prasojo dari dokter Lana tentang hal terpenting dalam soal kerohanian, kebenaran rohani.

Sepanjang umurku aku sudah kenyang dengan argumen ndakik-ndakik di gerejaku sendiri yang dulu mancep di benakku sebagai paling benar.

Eh. Hari ini kujumpai lagi gaya yang sama. Untung jawaban dokter Lana sangat Prasojo. Sangat pantas untuk seorang manusianya Yesus.


4

Semua ada pondasi. Pondasi Kristen itu Petra. Yesus. Dirumuskan di konsili nicea pada Pengakuan Iman Rasuli.

Manusia dari air itu kata Thales dari Miletus. Manusia dari tanah kata Alkitab. Pengakuan iman Rasuli itu hasil tradisi suci menurut Katolik. Protestan mengimaninya terlepas itu tradisi suci Katolik atau bukan.

Kurang doktrin apa lagi kalau sudah dinyatakan Tritunggal seperti dalam pengakuan iman ini.

Semua ada dasarnya. Pengakuan dokter Lana tentang porsi ahli adalah simbol kerendahhatiannya.

Saya ekspresikan sikap itu begini:

"Tritunggal sudah dirumuskan seperti itu. Bila aku mempertanyakan doktrin lain tentang Tritunggal lain dari seorang Erastus, bahwa itu dapat menggoyahkan iman orang yang berdasar sejarah suci. Berarti... betapa pongahnya aku, bila hanya berdasar doktrin anyar picisan, iman orang kupertanyakan.

"Bahkan betapa tak bermoral aku, karena doktrin picisan itu aku menganggap orang jadi mengangguk-angguk seperti kerbau."


5

Mengapa aku suka Sola Scriptura daripada yang lain. Karena aku anak Sapere aude seperti halnya Martin Luther. Berkat itu aku dapat menulis sesuka subjektivitasku. 

Tetapi seperti Martin Luther, apa pun subjektivitasnya tetap harus objektif berdasar Alkitab. Meski ujung-ujungnya objektivitas Alkitabiahnya juga subjektif. Maka lahir sesudahnya: Calvin, Zwingli, Ellen White, Charles Taze Russell. 

Saat pengakuan imanku di depan jemaat Sabtu minggu lalu agar aku jadi anggota gereja asalku lagi, karena data keanggotaanku hilang, pertanyaan pertama apakah aku meyakini Tritunggal. Lantang kujawab, ya saya percaya.

Pagi tadi muncul di grup persekutuan doaku masa mahasiswa soal Dwitunggal Erastus, bukan Tritunggal itu. Lalu muncul Yahweh satu-satunya Tuhan Russel. Kesaksian teman-temanku gagah perkasa. Mempertahankan iman.

Kalau soal Tritunggal hasil konsili Nicea, tidak perlu dikonfrontasikan dengan Erastus dan Russel. Terlalu jauh.

Tidak perlu jadi kerbau manggut-manggut soal doktrin orang pintar Alkitab dan sejarah itu. Semua Protestan dan Katolik ikut itu. Juga Advent, meski Advent membedakan diri dengan Protestan.

Sekali lagi, kita pintar Tritunggal karena sejarah para bapa gereja dalam konsili Nicea. Kalau tidak ada itu, Martin Luther pun belum tentu jadi Martin Luther yang kita kenal.

Lalu soal konsili Nicea produk Katolik atau Katolik Roma, yang kutulis adalah tradisi suci Katolik, bukan tradisi suci Katolik Roma.

Jadi kalau aku disodok Tritunggal bukan produk Katolik Roma, yang bilang itu ya siapa. Yang pasti saat konsili Nicea itu, agama Kristen yang disebut umum atau Katolik belum diresmikan jadi agama negara. Konsili Nicea produsen pengakuan iman (termasuk Tritunggal) itu produk Konstantin yang baru saja jadi Kristen. Agama Kristen jadi agama negara Romawi baru saat Theodosius.

Kalau aku gaya Sola Scriptura lalu gagah pamer iman Tritunggal, itu bukan Sapere audeku. Aku cuma ikut-ikutan mereka.

Kalau ada teman yang gaya, aku paham kok. Suatu hal dapat menjadi orisinal seperti hasil iman sendiri, meski aslinya tidak orisinal dari sendiri. Di situ ada proses. Aku juga begitu.

Intinya, aku tidak perlu gaya. Aku hanya patuh pada sejarah gereja. Dan itu yang kutangkap dari iman prasojo Dokter Lana.


6

Ketaatan pada sejarah. Sejarah yang mana? Versi sejarah tergantung pada siapa yang membuat. Maka sejarah Indonesia yang telah ada pun mau direvisi pemerintah/ penguasa sekarang. Jelas menimbulkan perlawanan.

Sejarah hal nubuatan berdasar Alkitab, hal tafsir nubuatan dalam Alkitab, pun sama. Dulu kita kenal buletin Tulang Elisa di gereja dekat Balai Pemuda Surabaya itu. Isinya di antaranya tentang pengangkatan umat percaya.

Nubuat, subjektif kunilai semua gereja punya kebanggaan bisa bernubuat seperti dalam Alkitab itu. Tampaknya begitu. Apalagi yang mendaku punya karunia bernubuat.

Saat aku ditanya dalam pengakuan iman tentang apakah percaya bahwa gereja Advent adalah gereja dengan karunia bernubuat, saya jawab juga ya saya percaya. Soal penjelasannya, saya akan bilang bisa berbeda. Yang pasti Alkitab bilang ada karunia bernubuat. Di Wahyu, kesaksian Yesus adalah roh nubuat.

Aku masih berlogika. Anjing adalah hewan, apakah hewan adalah anjing? Masih kucari versi lain ayat kesaksian Yesus adalah roh nubuat itu, apakah juga berarti apakah roh nubuat adalah kesaksian Yesus.

Yang pasti kulihat gereja Advent dan gereja karismatik sangat bangga atas karunia nubuat itu ada pada mereka.

Sayang, kuamati klise seperti hampir tiap tafsir ayat Alkitab. Tafsir nubuat dalam ayat Alkitab juga beda-beda.

Makanya aku pernah bikin judul antologi puisi bersama kawan-kawan, kukasih judul: Nubuat Labirin Luka. Bukan Nurbuat.

Padahal logis yang paling penting adalah Nurbuat. Cahaya Ilahi untuk Berbuat. Bukan roh nubuat yang secara ekstrim dapat kita bilang roh peramal sama dengan mbah-mbah dukun itu, bila tanpa ada Roh Kudus padanya.

Itulah mengapa aku pilih Sola scriptura. Apa pun dapat diatasi dengan menunjukkan ayat Alkitab bilang apa tentangnya. Meski akhirnya juga beda tafsir. Bahkan sekalipun kita bilang harus Alkitab sendiri yang menafsir, itu pun terminologinya tetap tafsir.


7

Jangan diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran. Kata Alkitab ini bagai pedang bermata dua.

Kristen menghadapi pengajaran antikris, bolehlah. Tetapi antar Kristen sendiri, ternyata juga terombang-ambing dengan berbagai angin pengajaran antarmereka sendiri.

Maka dengan gagah Katolik bilang, nah mana Sola Scriptura kalian, semua tergantung tafsir kalian sendiri-sendiri, hingga saling menyesatkan.

Katolik lewat Patris Alegro pun bilang, gereja Katolik paling benar tak diombang-ambingkan angin pengajaran beda tafsir Alkitab. Karena semua tunduk pada Alkitab-tradisi suci-magisterium gereja. Semua satu tubuh, tidak kacau seperti Protestan. Itu menurut mereka.

Tapi aku lebih memilih Sola Scriptura, dan tak terganggu dengan perbedaan angin pengajaran antaraliran yang dulu beken dipamerkan persekutuan doa: interdenominasi.

Dalam bahasa Jawa, aku tidak gigrik. Karena aku punya mata rohani: Yesus batang karang yang teguh. Dan bagiku aku dapat mempertanggungjawabkan bahwa diskursus berbeda antartafsir di Protestan itu bukan masalah rohani.

Masalah rohani itu hanya yang sering diungkapkan oleh dokter Lana: Berbuah dalam kasih. Bukan kepintaran diplomasi apa pun.

Sangat prasojo. Karena pada sikap yang seperti ini bila kondisinya tepat orang akan dapat meninggalkan semua hartanya untuk mengikut Yesus.

Persis seperti yang Tuhan Yesus bilang kepada anak muda yang kaya: Bila kamu ingin ikut aku, tinggalkan semua hartamu. Dan jangan menoleh lagi.

Perbedaan tafsir antar-Protestan sendiri, antar Protestan dan Katolik, sepanjang masih sesuai pengakuan iman konsili Nicea, tak ada pengaruhnya.

Meski konsili Nicea juga tafsir bersama atas nas Alkitab, secara objektif itu valid dan sempurna. Tak perlu memperpanjang masalah dengan berbagai angin pengajaran yang lain.

Itu gunanya mempraktikkan ayat ujilah setiap roh. 

Bahkan dengan pondasi ini aku dapat menilai, bahwa kesatuan hanya tunduk pada satu komando konser macam gereja Katolik itu akan mempersulit kita untuk melakukan fungsi menguji setiap roh ini, akibat fungsi kontrol relatif rawan mandul. Karena pengendali konser itu juga manusia. Seperti mbahku yang jualan gethuk.


8

Ketika memilih menjadi pengikut Yesus kita mesti dapat memilih pertanyaan esensial atau pertanyaan tidak penting. 

Jago kita adalah Tuhan Yesus sendiri yang sendirian dikepung mata jahat-mata jahat Pilatus, ahli Taurat, pembesar Yahudi dan Romawi. Pertanyaan Pilatus sepertinya hebat sekali terhadap Yesus. Tapi itu menunjukkan kebodohannya. Yesus pelit ujar di depannya dan mereka. 

Yesus tahu, kerikil-kerikil najis mana yang dapat menggagalkan rencana Keselamatan-Nya yang dirancang begitu sempurna dengan Allah Bapa.

Bahkan Roh Kudus pun taat untuk menjaga dan melanjutkan misi Keselamatan itu sampai akhir nanti.

Dengan demikian, kita tahu dan fokus pada hal rohani yang sesungguhnya, bukan melacurkan diri pada hal gelojoh atas nama doktrin yang benar sekalipun.


9

Pertanyaan kedua saat aku pengakuan iman agar namaku yang hilang dicatat lagi di gereja asalku Sabtu minggu lalu, adalah soal perpuluhan dan persembahan. Apakah aku percaya  dan mendukungnya untuk pekerjaan Tuhan oleh gereja.

Ya, saya percaya. Saya jawab gagah. Hal perpuluhan dan persembahan memang ada di Alkitab. Juga hal jangan mabuk anggur yang pada upacara itu ditanyakan sebagai minuman keras. Apakah aku akan melakukan tidak mengedarkannya dan menggunakan.

Ya, saya melakukan. Sesuai konteks pertanyaan. Itu semua aturan gereja. Semua gereja juga punya. Bukan cuma satu gereja.

Tuhan Yesus juga mengajar semua hal tentang ini. Secara langsung maupun tidak langsung. Dan kita tahu, Tuhan Yesus tidak sedang menciptakan taurat baru tentang itu semua.

Tuhan Yesus jelas mendidik kita seperti keduabelas murid-Nya. Yang penting dari itu semua adalah soal hati.

Soal perempuan miskin yang memberikan persembahan dari kekurangannya. Soal Nikodemus yang harus lahir kembali. Soal menyembuhkan orang pada hari Sabat. Soal membasuh tangan. Soal memberikan hak kaisar. Soal orang muda yang ogah menjual semua hartanya sebagai syarat mengikut Yesus.

Semua hal teknis itu adalah simbol dari hal yang tidak teknis. Soal kuantitas melakukannya tidak dapat dibandingkan dengan soal kualitas yang menjadi timbangan utama. Persis kita bicara keadilan bagi orang pendek dan orang tinggi untuk dapat menggayuh buah mangga. Tidak butuh tangga yang sama panjang.

Soal kualitas adalah soal hati. Semua aturan sosial sebagai etika cermin standar moralitas mungkin tidak dapat dilakukan secara sempurna sebagaimana aturan yang digariskan. Dan tidak ada hukuman untuk yang tidak dapat melakukannya secara ideal.

Karena yang Tuhan tanamkan pada kita bukan biji mangga yang dapat berbuah lebat. Tetapi hati. Hati penuh Roh.

Dari hati ini kita melangkah. Soal hati bukanlah soal penguasaan doktrin  yang menggeser fokus dari hukum yang terutama dan pertama  yang kebenarannya sudah ditanam oleh Tuhan Yesus sendiri saat kita pasrahkan jiwa raga kepada-Nya untuk hidup Sola Gracia.

Jangan kau bilang dan bertanya apa to hukum yang terutama dan pertama itu? Tapi kalau pun kau bertanya, aku tidak akan menyebutmu tidak punya Kasih.


10

Antara Paulus dan Apolos saja berselisih paham. Bagaimana pula dengan para penerus mereka. 

Perselisihan paham, berarti perbedaan tafsir. Pepatah bilang rambut sama hitam, pendapat berbeda-beda. Sejak Adam dan Hawa juga begitu.

Adam tidak mau makan buah pengetahuan baik dan jahat karena tahu dilarang Tuhan. Awalnya berbeda paham dengan Hawa, karena perempuan ini ingin akibat tergoda. Solusinya Adam ikut melacurkan diri makan buah yang ia tahu tak boleh dimakan.

Kedua anaknya mengikuti model perselisihan paham. Sampai Kain pun membunuh Habel.

Abraham berbeda pilihan soal daerah subur Sodom Gomora juga idem Ditto berawal dari beda paham. Ishak-Ismael. Yakub-Esau. Sampai Stephen Tong-Niko Njotoraharjo.

Meski berbeda paham, ada kesamaan antara mereka. Sama-sama mengaku paling benar dan Alkitabiah.

Aku juga sedang beda pendapat dengan istriku. Dia getol banget ngurusi perselisihan paham Ahmad Dani dan Maya Estianty. Aku, lebih memilih menulis ini.

Semua ada solusinya. Kepentingannya apa perbedaan paham yang tidak prinsip itu.

Untung abad 1 sebelum Katolik jadi agama negara, para uskup berkonsili di Nicea. Hasilnya sama-sama diikuti baik Stephen Tong maupun Niko Njotoraharjo. Maupun Patris Alegro dan sekian banyak pendeta protestan yang dibom logikanya setiap hari.

Kusebut tadi Katolik yang artinya universal atau umum. Itu ya Kristen itu. Yang memberi nama Katolik itu Ignasius dari Antiokhia kepada jemaat Smirna. Sebelum ia dihukum mati dan jadi martir.

Ignasius disebut berposisi uskup. Jangan bilang uskup cuma posisi Katolik. Ia cuma penyebutan untuk pemimpin rohani. Dan ia murid rasul Yohanes terkasih.

Kalau sudah baca surat Yohanes termasuk Wahyu, kepada jemaat Smirna, kita tahu betapa Ignasius saksi dan pelaku sejarah.

Dan sejarah itu ditulis terus-menerus. Tanpa ada tulisan sejarah itu bagaimana kita mempertanggungjawabkan suatu sebab akibat, apalagi dengan adanya multitafsir para pengikut.

Untung Matius dan Lukas menulis sejarah Yesus secara ciamik garis keturunannya. Selain tahu silsilah rencana keselamatan, maka tafsir terhadap kebenaran ajarannya tidak asal bilang aku paling benar dan orang lain prek.

Tidak ada komentar: