Apa arti gerakan bila yang melakukan satu orang? Biarlah ini hanya pertanyaan. Di dalam imajinasi apa pun dapat terjadi. Meski secara realitas keseharian tak ada orang lain bersamaku dalam melanjutkan gerakan yang dimulai bersama seorang teman, ini tetap gerakan meski realitasnya realitas imajinasi. Bukan sekedar gerak, gerak-gerik, tetapi gerakan yang menimbulkan gelombang. Gelombang apaan tuh? Gelombang cinta. Yang tidak kelihatan tetapi ada tanda-tandanya. Seperti angin. Seperti roh. Angin mengumpamakan roh. Kini roh mengumpamakan imajinasi. Eh, ya. Roh dan imajinasi sulit dibedakan. Sama-sama tidak terlihat. Tetapi dengan mata batin dan pikiran tampak kok. Karena tentang puisi dua tokoh filsafat ini memulai bahasan filosofisnya, maka gambar mereka jadilah ada di profil grup WA Seni Kritik Sastra ini. Plato dan Aristoteles. Mimetik dan katarsis tentang puisi. Anak SMP pun kuajar ini. Kutekankan pada pelatihan terakhir. Sepanjang hidup mereka akan ingat. Karena memang dua tokoh ini yang selalu dibicarakan tiada habis. Meski tulisanku kini igauan sendiri, aku tak bilang aku kesepian. Di imajinasiku mereka berdua terus bertarung, bergerak, bikin gerakan. Mencipta gelombang. Ketika semua anak puisi memuja Chairil Anwar tetap dalam pelatihan itu yang kusebut pertama kali Plato dan Aristoteles. Indonesia memang punya penyairnya sendiri. Ini akibat penjajahan HB Jassin yang bikin angkatan-angkatan sastra. Sehingga sastra Jawa ya masuk kotak sastra Jawa. Indonesia lama ya Indonesia lama. Mas Marco dipandang sebelah mata. Abdulkadir Munsyi juga. Berabe. Mau ndompleng Chairil Anwar saja semua menjilat-jilat namanya. Untung sudah gosok gigi. Ini kritikku. Meski kini aku sendiri. Gelombangku tetap terasa kan? Buktinya di dalam dadamu ada gejolak saat kau baca ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar