Sama-sama komunitas Yahudi, beda penerimaan kabar Yesus oleh Paulus dan Silas. Di Tesalonika umumnya menolak mentah-mentah meski ada yang menerima baik. Di Berea menerima baik tapi digeruduk rombongan Tesalonika.
Kedua tempat pekabaran di sinagog Yahudi. Dalam Alkitab bahasa Jawa lama disebut mesjid Yahudi. Pekabaran Saulus dan Silas yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 17 ini sama tentang Kebangkitan Yesus yang Tuhan atas manusia. Yesus yang memilih Paulus menjadi rasul-Nya. Paulus Tidak melakukan perlawanan frontal. Tetapi lari menyelamatkan diri. Karena selamat, pekabaran terus berlanjut ke mana-mana. Setelah Tesalonika dan Berea, Atena. Dan seterusnya. Sampai kau turut menjadi bagian dari pekabaran Injil itu di mana pun. Tetapi ditolak. Rasanya seperti itu yang kualami di gerejaku sendiri. Kalian sudah tahu ceritaku. Aku tidak melebih-lebihkan. Tinggal kita lihat kelanjutannya. Karena yang menolak bukan jemaat sinagog Yahudi tetapi Kristen. Secara organisasi sah. Karena kalau bicara aliran berarti bicara organisasi. Alkitab dapat ditafsirkan sesuai tafsir aliran itu sendiri. Maka aku selalu memisahkan kasus seperti ini antara masalah organisasi dan masalah Alkitab. Kita harus memisahkannya tegas-tegas. Kalau mau bahas Alkitab, ya biar Alkitab saja yang berbicara tentang Alkitab. Kalau masalah organisasi, boleh libatkan aturan gereja, pendapat pendeta, majelis, buku-buku nabi-nabi gereja yang tidak ada di Alkitab. Terserah loe, itu organisasimu. Aliranmu. Maka sekarang aku alergi ada pembahasan Alkitab diberi tafsir oleh siapa pun, dengan dalih ini pekabaran Alkitab. Sebaik dan kelihatan sekasih apa pun, bisa jadi itu setan yang sedang menyamar malaikat terang. Perbedaannya, kata Vitta, setipis tisu. Vitta itu istriku. Dia bukan pabrik tisu, juga bukan pabrik tafsir Alkitab. Ia punya organisasi gereja sendiri. Membahas Alkitabnya denganku beda. Hanya kami sama setuju, yang penting Yesus. Jangan campur adukkan Alkitab Yesus dengan organisasi gereja penyembah Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar