Selasa, 29 April 2025

Mistisisme dan Kecerdasan

Suatu hal ajaib terjadi. Aku bilang sesuatu tentang Ih li be dih kepada seorang teman. Tak tahunya besoknya putri teman itu akan menyanyi lagu itu karya Beethoven. Biasanya seorang seniman punya intuisi tentang sesuatu. 

Aku tak menganggap diriku seniman. Tetapi aku pernah melukis sesuatu dan ternyata itu ada hubungannya dengan suatu hal pada kakak teman saya yang lain. Demikian juga tentang tulisan-tulisan saya. Kukira ini yang disebut dengan mistisisme Immanuel Kant yang melampaui rasio. Unsur apriori supranatural dapat menjawab masalah-masalah yang tak tertangani logika rasio. Mistis itu sesuatu yang tak terlihat namun dapat terjadi. Dia dapat menjawab sesuatu masalah meski secara indrawi sukar menjangkau fenomena. Istriku dan aku baru terhina lagi setelah tiga bulan aku ditugasi menjadi guru sekolah sabat (istilah lain dari pemimpin diskusi sekolah sabat). Gereja itu tahu aku sudah baptis pada 1979. Menikah dengan istriku yang Katolik pada 2009. Akibat itu aku dilarang melayani di gerejaku sendiri tempatku dibaptis itu. Lalu 2025 diangkat jadi guru pendalaman Alkitab itu selama 3 bulan beberapa kali pertemuan. Tiba-tiba untuk bulan berikutnya namaku dicoret oleh pendetanya padahal sudah disusun oleh majelis penanggung jawab. Kutelepon pendetanya. Alasannya ia tanya atasannya di Surabaya Jawa Timur, yang belum baptis ulang akibat menikah dengan orang Katolik tidak boleh menjadi guru sekolah sabat. Boleh menambahkan saat diskusi pemahaman Alkitab sebagai peserta tetapi bukan sebagai guru. Alasannya yang tidak bisa kuterima. Karena alasan yang sama aku tidak boleh melayani di gereja. Sudah tahu statusku masih diangkat lalu di tengah jalan dijatuhkan. Bagiku itu, penghinaan. Entah ada hubungannya dengan mistisisme yang berikut ini atau tidak. Beberapa hari sebelumnya ada tikus lunglai di depan kamar mandi. Aku sedang keluar dan istriku sendirian di rumah. Ia takut. Aku pulang baru kutangani tikus itu tapi si tikus lari. Besoknya ia muncul lagi lunglai dekat sumur. Kini berhasil kutangani dan kubuang ke kebun belakang rumah. Karena kata Albert Einstein orang cerdas akan mengabaikan, masalah gereja kuabaikan, daripada orang bodoh jahat pendendam dan orang baik pengampun. Aku bisa mengampuni tetapi proses harus jalan. Karena cerdas harus kupakai, ada langkah-langkah strategis dengan teori-teori kupakai. Dan kini kuungkap tentang mistisisme. Pelayananku di gereja tempatku ditangkap Tuhan Yesus harus kulanjutkan dengan cara Tuhan Yesus. Bagiku tidak ada gereja yang 100 persen benar. Di semua gereja sama saja. Ada salah ada benarnya. Yang 100 persen benar hanya Tuhan Yesusnya. Maka kini kredo pelayananku berubah. Katakan ayat kebenaran Alkitab saja. Abaikan bilang ajaran-ajaran aliran atau denominasi. Di  mana-mana, katakan saja tentang ayat Alkitab saat berhadapan dengan masalah gereja. Demikian juga seharusnya dengan semua masalah kehidupan yang lain. Sedang filsafat yang kuotodidaki itu metode berpikir sehingga tahu harus berpikir sesuai ayat-ayat Alkitab itu. Kembali ke awal, hal ini pernah jadi polemikku berbanyak seri tulisan tentang how to say kebenaran Alkitab dan denominasi. Sekarang Puji Tuhan. Eureka.

Tidak ada komentar: