Minggu, 06 April 2025

Ahli Klinis Sastra

 Vitta curhat terus kepadaku dan aku mendengarkan sambil menulis ini. Nanti akhirnya Vitta puas dan aku akan punya tulisan satu ayat paragraf panjang. Nanti tulisanku jadi buku bersama Hudan. Akan aku tulis terus seperti ini. Temanya tentang seni kritik sastra dari sudut apa pun. Jadi ini seni yang dinamis. Hudan baru menulis tentang karyanya di Facebook, maka aku akan membahasnya sambil menanggung efek minum decolsin. Kegilaan dalam menulis ala Hudan mirip dengan caraku ini. Dilabraknya pagar-pagar, baik yang virtual maupun nyata. Eksperimentalis seperti ini akan mampu menggali kedalaman jiwa manusia yang kecerdasannya tercatat setidaknya 9 kecerdasan bukan cuma IQ yang diagung-agungkan. Emosi diulas sedemikian mendalam bukan hanya gaya impresionis dan ekspresionis, apa pun dapat muncul. Kalau kau bilang ini analisis psikologi menyatu dalam sastra kau akan sadar bahwa sastra Hudan bukan cuma alat komunikasi seperti dilakukan oleh pejabat lembaga seni sastra yang baru muncul setelah sekian lama menjadi wartawan. Hudan lebih canggihlah dari sosok seperti ini. Sastra tak sekedar alat komunikasi. Di karya-karya Hudan ia pisau analisis yang menyilet dan menguak selapis demi selapis kata dan makna. Sebagai ahli klinis sastra, metode berkarya Hudan tak mungkin dapat diikuti oleh mereka yang berpikir linier. Kau sudah sering membaca tentang metode berpikir itu tak terhingga. Mungkin kau belum pernah dengar tentang pemikiran horizontal. Dan cara berpikirmu masihlah cara berpikir vertikal. Aku tak menyalahkanmu. Aku tahu tentang cara berpikir kontemporer ini juga setelah baca buku Filsafat kontemporer. Maka kalau mau tahu cara berpikir Hudan dan kaitan karyanya dengan seni kritik sastra, harusnya kau juga baca dulu buku macam ini. Eh, tidak, eksplor saja semua dengan indra-indramu. Lalu tulis dengan pemikiran-pemikiranmu yang merdeka. Mungkin kau tabrak marka konvensional. Tapi apa marka itu ada sesungguhnya, jangan-jangan ia ilusi. Kalau kau tak mampu menjalankan hal ini mungkin kau akan merasa waras. Tetapi manusia itu elemen jiwanya tidak cuma waras. Di lawan katanya, waras bukan cuma berhadapan dengan gila lho. Maka bagiku Keluarga Gila Hudan itu bukan posisi dikotomis macam itu. Siap-siap kau masuk dunia riil lhoh kalau kamu mampu membaca Keluarga Gila Hudan yang miniatur dunia. Kan miniatur ini juga mimesis Plato. Tapi jangan berhenti di sini. Nanti kau hang. (YR)

Artikel terkait: Seni Kritik Sastra

Tidak ada komentar: