Catatan Suara Tukang Becak yang Sedang Mengayuh di Dalam Dadaku

 Catatan Suara Tukang Becak yang Sedang Mengayuh di Dalam Dadaku


Oleh: Tukang Cat Tripleks Baliho Orang-orang Suci


Saat ini akan kuungkap rahasia besar rasa kehilanganku di suatu grup yang penuh majelis umat sevisi. Grup itu kuikuti dengan riang macam-macam tanda sapuan cat warna-warni dan pada saat tertentu kutumpahkan cat ekspresi kuat.


Rasa kehilanganku itu adalah, sangat jarang lagi kubaca postingan tentang pelajaran seorang yang mendalaminya sebegitu intensif sedari dia, salah satu seniorku berkuliah. Ia, seorang pembelajar Kitab Agung dan syiarnya pun. Maka tulisannya di grup itu sangat berisi semacam kuliah gratis.


Dulu sangat sering ia menulis di sini, dan pernah berbeda pandangan dengan pembelajar yang lain yang hampir setiap hari menulis di grup itu. Perbedaannya adalah tulisan senior tadi lebih dalam dan rinci. Dan tak segan berbagi seperti kuliah gratis itu. 


Sejauh orang merantau, akhirnya ia akan kembali ke rumah. Saat tak pernah kudapati lagi ia di grup itu ...

sedangkan  sebagai tukang cat grup itu aku kehilangan begitu banyak referensi darinya ... Kuanggap, aku harus belajar sendiri mencari referensi di internet. Anggaplah Itu kampung halamanku. Di grup itu aku hanya pengembara.


Mungkin juga seniorku itu pun. Sejauh ia mengembara bersyiar di mana-mana ... semula dianggapnya grup itu dianggapnya ladang syiarnya. Namun kemudian ternyata tidak. Maka ia pun pulang kembali ke kampung halamannya. Mungkin kantor visinya, mungkin lembaga misinya, dan lain-lain. 


Mungkin juga grup itu terlalu penuh orang pintar dan suci dan tidak butuh itu semua. Sehingga kalau terus menulis di situ, berarti menggarami laut. Maka lebih baik pulang ke kampung halamannya.


Kalau aku sendiri misalnya seperti dia bagaimana? Dalam artian saat mengecat warna-warni di grup itu aku tertolak, bagaimana? Namanya grup majelis, ya sedari kuliah seperti majelis atau dewan yang penuh maha tuan kebijaksanaan meski tidak semua kelihatan. Kalau aku sendiri tertolak, akankah aku pulang ke kampung halamanku sendiri?


"Ah, ngapain pusing-pusing pada becak yang sedang laju melanggar marka," kata tukang becak yang mengayuh becak di jalurnya di dalam dadaku.


Lanjutnya, "Semua yang ada di grup itu serba ketidaktentuan, banyak kebetulan-kebetulan. Banyak ketidaktentuan dan kebetulan itu terjadi sejak zaman kuliah. Dan yang kau alami saat terakhir itu hanya kelanjutan prosesnya. Teruskan mengecat dengan riang dan berwarna-warni agar mereka tahu manfaatnya. Kalau tidak, mereka hanya akan berada di zona nyaman, penuh pujian, dagelan dan seolah  berketuhanan. Meski bisamu hanya itu, dan tidak lain-lain yang hebat, saleh, dan mulia, teruskan jadi tukang cat. Toh sedari kuliah, tugasmu juga hanya tukang cat. Tidak usah berhasrat naik pangkat jadi majelis yang terhormat dan orang suci berhikmat. Dasar tukang cat."


Lamongan, 16 Agustus 2021

Tidak ada komentar: