Catatan Jambu Kluthuk

 Catatan Jambu Kluthuk


Oleh: Anak Mantan Agen Majalah Berbahasa Jawa

Tangan mengatup menyembah jarang orang menyebutnya dengan istilah lama yang sering disebut Kho Ping Ho. Bahasa lama banyak mati suri sebelum mati seperti bahasa Latin yang hanya dipakai di penamaan ilmiah. Bahkan penyusun Kitab Suci ya Alkitab bahasa Jawa sedang dituntut membuat terjemahan Alkitab bahasa Jawa dialek terkini. Bukan seperti terjemahan Jawa yang sudah ada dan cenderung jadul.

Kegagalan pengarang Jawa saat ini adalah memaksakan penggunaan bahasa Jawa lama ya bahasa Jawa kratonan pada gurit-guritnya padahal latar peristiwa ada pada masa modern. Bahasa Jawa Kawi yang merupakan perpaduan bahasa Jawa kuno dan bahasa Sanskerta muncul pada gurit-guritnya yang diindah-indahkan biar terkesan nyastra. Padahal lubang kegagalan sintaksis, pemaknaan dan imaji menjadi tercipta begitu dalam. Sehingga secara penghayatan guritnya gagal menyentuh relung hati pembaca.

Maka dengan lincah redaksi majalah Jaya Baya memilah bahasa sastra Jawa dalam kolom berbeda. Bahasa sastra pedhalangan wayang, bahasa sastra Crita rakyat, bahasa Cerkak, bahasa crita romansa, bahasa crita taman putra, dan bahasa jurnalistik.

Produktivitas tidak berjalan linear bersama kualitas, maka begitu banyak karya sastra Jawa dihasilkan, tetapi dari pencapaian estetika jauh dari harapan.Pemerintah hanya dituntut membina dengan bahasa kerennya memberi penghargaan, tetapi sesungguhnya pembinaan meski istilahnya penghargaan.

Yang terjadi pada prosa Jawa lebih banyak pengulangan penulisan ala penceritaan jurnalistik atau cerita roman populer bahkan sekedar panglipur wuyung yang nyaris tidak pernah dijumpai eksplorasi sastra yang lingkupnya dalam dengan pemahaman-pemahaman seni yang begitu kompleks dan perlu diketati secara intensif capaian-capaiannya.

Bojonegoro, 13 Agustus 2021

Tidak ada komentar: