Buku | Lampu Sentir

"Senthir lenga patra/ sing dipikir kok ora rumangsa." Demikian bunyi parikan (pantun jawa) dalam sebuah bait tembang Jawa. Senthir dalam bahasa Jawa sering disebut juga dengan kata "dian". Dalam bahasa Indonesia berarti lampu.
Lampu senthir lebih menegaskan sebagai lampu atau bagaimana? Tidak lepas dari kondisi lampu jaman dulu, belum ada macam-macam lampu elektrik seperti sekarang. Kaitan lampu jaman dulu hampir selalu dengan kata lenga yang berarti minyak. Lalu kata Patra dalam bahasa jawa untuk berarti minyak tanah. Lampu senthir berarti adalah lampu minyak tanah. Lampu minyak tanah yang bagaimana? Bukankah lampu minyak tanah juga bermacam-macam? Betul. Lampu minyak yang tanpa pelindung kaca disebut ublik; yang dengan kaca semprong semprong biasa disebut teplok; yang dengan pelingdung kaca dan memakai kaos lampu disertai pompa minyaknya disebut lampu petromaks. Kata lampu (baca: lam·pu) sendiri adalah kata benda (nomina) yang berti alat untuk menerangi; pelita; sebuah peranti yang memproduksi cahaya. Itu makna sesungguhnya. Untuk sebuah perumpamaan dapat muncul kalimat seperti lampu kekurangan minyak. Peribahasa ini perihal seseorang yang hidupnya sangat melarat; perihal seseorang yang penyakitnya sudah sangat parah (sudah hampir mati). Kempali ke makna sesungguhnya kata "lampu" dapat juga berarti bola lampu. Lampu pertama kali ditemukan oleh Sir Joseph William Swan. Selanjutnya berkat kemajuan teknologi lampu sangat banyak macamnya. Penggolongannya dapat berupa bentuknya dan kegunaannya. Kembali ke lampu sentir (Jawa: senthir), orang sering Jawa ada juga yang juga menyebutnya sebagai thinthir. Ada sebuah senthir khusus yang digunakan untuk menerangi pertunjukan wayang. Namanya blencong. Pada zaman sekarang ana kalanya senthir diganti petromaks atau lampu listrik. Bagaimana pesan terkait lampu sentir dalam buku ini?

Judul Buku: LAMPU SENTIR: KUMPULAN CERPEN KARAKTER ANAK

Pengarang: Maria Ulfah

ISBN: 978-602-6346-63-6

Tidak ada komentar: