Sabtu, 10 Mei 2025

PLURALITAS IMAN



Penerbitmajas.com Ah Jon. Mengapa kau jadi moderat tafsir begitu. Aku sudah melupakan itu semua yang jadi metodeku mengakomodasi perbedaan antar denominasi. Sekarang metode itu sudah lewat. 

Terkait:

Pendekatan ilmu budaya mulai kutinggalkan ketika aku tidak punya kepentingan sosial. Kepentinganku saat aku tafsir tunggal adalah berurusan dengan imanku sendiri. Jadi mesti kau bedakan perspektif ini.

Metode penginjilanku dalam polemik berat di konten-kontenku saat itu yang penting ada Yesus.  Apa pun aliranmu yang penting itu. Ini kusebut metode moderat.

Sekarang kamu yang fundamentalis reformed seperti Beni, Agung, Augustinus, dan Panca yang fotonya tidak ada di bawah depan logo gereja Pak Tong, kok jadi ikut-ikutan cara lamaku.

Yalah, tidak apa-apa. Sebagai praktisi hukum di dunia sosial mesti menjaga kedamaian antarpihak.

Sebetulnya itu juga masih kuterapkan bila tidak ada cekaman terhadap iman pribadi. Tetapi bila cekaman dan penghinaan datang, tidak ada jalan lain Jon.

Aku harus tunjukkan kata Alkitab oleh Alkitab sendiri. Jujur sesungguhnya kita semua harus demikian. 

Bukan kata Alkitab menurut tafsir aliran masing-masing.

Ah Jon. Kau mungkin sudah tahu maksudku. Tapi aku kekenyangan makan mi ayam.

Ingin kutambahi uraianku, nanti dia jadi telur puyuh. Bikin alergi.

Pendeknya iman pribadi dasarnya harus kata Alkitab menurut Alkitab.

Tafsir banyak itu di pihak mana pun, jangan berdasar kata nabi di luar Alkitab.

Kalau mereka tegar tengkuk, baru kita masuk ranah sosial pluralitas. 

Tapi iman kita... tidak boleh luntur. (Yonathan Rahardjo)

Tidak ada komentar: