Jumat, 25 April 2025

Semua Bencana dan Kecelakaan Adalah Akibat Perbuatan Manusia Sendiri


Bencana alam banjir, kebakaran, kecelakaan bahkan yang menewaskan warga dari Bojonegoro baru-baru ini membawa tim Waskat.id meliput khotbah atau homili terkait hal ini oleh Romo Paroki Antonius Sapta Widada CM di Gereja Katolik Santo Paulus Bojonegoro, Minggu 23 Maret 2025. 

Menurut Romo Paroki yang pengurus FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Bojonegoro tentang berbagai bencana itu, banyak orang yang berpendapat bahwa Tuhan menghukum mereka. 

Pada misa Minggu masa pra Paskah itu, Romo Sapta mengungkap berdasar Firman Tuhan, perbuatan orang fasik tidak baik. Bila orang fasik tidak bertobat, maka mereka akan mengalami berbagai akibat perbuatannya.

"Jangan mengatakan bila orang lain kecelakaan berarti Tuhan menghukum mereka," kata Romo Sapta seraya menambahkan," Bila kita menganggap demikian, berarti menganggap kita lebih tinggi dari orang lain."

Demikian juga, tambahnya, Tuhan tidak pernah menghukum. Dengan menyebut mereka sedang dihukum Tuhan, berarti kita menghakimi mereka. Padahal Tuhan juga tidak sedang menghakimi mereka.

Kata Romo Sapta, berbagai bencana itu bukan karena Tuhan menghakimi mereka, tetapi karena kesalahan manusia sendiri.

Kebanjiran, kebakaran, dan lain-lain, itu akibat kesalahan manusia sendiri. Orang yang tidak bertobat dari kesalahannya sendiri juga akan mendapat penderitaan kekal. "Jadi semua itu juga akibat kesalahan manusia sendiri," tegas Romo Sapta. 

Selanjutnya ia memberi langkah yang patut dilakukan oleh manusia adalah: Jangan melakukan kejahatan dalam hidup.

Diberikannya perumpamaan tentang pohon ara, seperti pohon anggur juga pohon yang berguna. Dapat saja setelah bertahun-tahun ditanam pohon-pohon itu juga tidak menghasilkan. 

Berdasar Firman Tuhan, Romo Sapta memberikan penjelasan, pohon yang tidak menghasilkan ini patut ditebang. Tetap bukan berarti ini merupakan hukuman Tuhan, tetapi akibat perbuatan manusia sendiri.

Manusia diumpamakan pohon itu, pohon yang tidak berbuah setelah diberi kesempatan juga patut ditebang. 

Penjelasan demi penjelasan selanjutnya oleh rohaniawan gereja di Bojonegoro ini, untuk pohon yang masih mungkin bertumbuh dan berbuah, dapat diberi kesempatan, biarlah ia tumbuh setahun lagi, dan memberi pupuk. Mungkin tahun depan dia akan berbuah. Kalau berbuah, tenanglah ia.

"Kita diberi kesempatan oleh Tuhan, untuk menata hidup. Seperti orang yang sakit minta kesempatan kepada Tuhan untuk hidup," urai Romo Sapta, "Kesempatan itu adalah untuk melakukan pertobatan."

Ucapnya, buah pertobatan itu harus nyata. Misalnya keadilan, berbuat baik, berbelas kasih dengan kemurahan hati. Bukan hanya buah dengan mengaku dosa. Tetapi harus nyata di dalam hidup. Bukan hanya akan berbuah tetapi juga sedang berbuah.

Akhirnya, Romo Sapta yang kelahiran Klaten Jawa Tengah ini menutup homilinya, "Kita diingatkan oleh Tuhan supaya hidup tidak sia-sia. Ada yang diberi umur sampai 80 tahun untuk memperbaiki hidup. Jangan sia-siakan hidup." (penerbitmajas.com)

Tidak ada komentar: