Terdiri atas beberapa pilihan, isi ayam, tuna, tengiri. Masing-masing seharga Rp 10.000, Rp 12.000, Rp 12.000. Dibungkus daun pisang, dibakar, dilengkapi sambal pada alas daun pisangnya.
Berjualannya di dalam warung berdinding galvalum atau spandex cat warna hijau. Menyediakan stiker penanda bungkusan yang diserahkan pembeli berisi beda dengan yang tidak diberi stiker.
"Mulai kapan berdiri, Mas?" tanya seorang pembeli.
"Tidak tahu, saya di sini ikut orang," kata penjualnya sambil melayani pesanannya berupa dua bungkus nasi bakar ayam.
"Pemiliknya orang mana?"
"Kapas."
Pembeli itu terdiam. Menerima dua bungkus nasi bakar ayam di dalam tas kresek putih dari petugas penjualan itu, mereka berebut ucapan terima kasih. Dipungkasi dengan kata, "Sama-sama," dari pembeli.
Meninggalkan warung nasi bakar itu, pembeli sambil mengamati yang ada. Di bagian atas tempat transaksi mereka terdapat spanduk bertuliskan nomor hape dari seorang yang tertulis namanya: Choridj.
Pembeli ayam bakar itu membawa nasi bakar ayam untuk istrinya juga, bukan untuk dirinya sendiri. Mereka akan bepergian ke luar kota dengan bekal nasi bakar itu. Akan mereka makan saat mampir mengaso di teras Indomaret. Untuk minum mereka beli di toko swalayan ini.
Jadilah demikian, dalam perjalanan dari Bojonegoro ke Babat mereka mampir di Indomaret sebelum masuk kota Sumberrejo. Lelaki pembeli nasi bakar itu masuk toko membeli teh botol kotak. Istrinya menunggu di teras, duduk di tempat khusus untuk pelanggan Indomaret.
Jadilah siang itu mereka menikmati nasi bakar yang mereka beli di pinggir Jalan Sudirman dalam kota Bojonegoro setelah menempuh perjalanan lebih dari 15 kilometer di lobi toko pinggir jalan raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar