Catatan Hidangan bekas oleh
pengarang untuk pembacanya yang menyelundup di benakku pagi ini setelah semalam
mengisi materi pelatihan menulis cerpen di WAG setelah kepergian sastrawan
besar dari Surabaya
Oleh: Bekas penulis buku harian waktu SD yang setiap halaman tulisannya
dilengkapi dengan ilustrasi gambar gambar sendiri bukan gambar orang lain
Bila sastrawan yang itu mengatakan adalah bekas bila menyiarkan karyanya
sebelumnya di media sosial baru mempersembahkan kepada pembaca dan pelatihan
itu terasa membongkar ingatan tentangnya saat membahas buku kumpulan cerpenku tetaplah menulis saja
dan beraktivitas sastra apa pun karena kalau tidak begitu kesastraanmu akan
mati seperti yang dikatakan oleh sastrawan besar yang baru berpulang kemarin.
Sebutan hidangan basi adalah karena latar belakangnya yang sudah
menulis pada masa sebelum zaman digital saiber di mana proses menulis merupakan
ruang privat oleh karena alatnya tidak terkoneksi teknologi dengan orang
padahal zaman sudah berubah saat ini di mana ruang proses kreatif ada di
mana-mana dan terkoneksi dengan orang lain bahkan menjadi pemicu adrenalin
kepenulisan dan ini modal kuar untuk berproses kreatif seperti yang kualami
sejak zaman milis sampai malam tadi melatih beberapa anggota grup dari seluruh
Indonesia dan menjadi jalan bagus untuk melangkah seperti yang dikatakan
sastrawan yang banyak dipuja orang itu.
Zaman sekarang memang sulit memisahkan privasi atau tidak bahkan begitu
banyak orang yang menyiarkan kehidupannya hampir 24 jam bahkan itu menjadi
sumber mata pencaharian bahkan dia dapat menghidupi orang banyak karena itu
sehingga paradigma demi paradigma sudah berubah jadi mengapa harus mengekang
kreativitas hanya oleh karena ambigu menyikapi pendapat demi pendapat hanya
untuk sebuah kenyamanan hati yang sementara.
Bojonegoro, 22 Agustus 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar