Puisi Religius menempati posisi khusus dalam blantika perpuisian tanah air. Karena kekhasan tematik puisi jenis ini dan seringnya penyair penciptanya mencipta puisi religius maka penyair tertentu mendapat julukan penyair religius.
Contohnya seperti Ahmadun Yosi Herfanda, Danarto, Zawawi D. Imron, Abdul Hadi WM, Djamal D. Rahman, Agus R. Sardjono, Mustofa Bisri, Wisran Hadi, Acep Zamzam Noor. Atas dasar alasan yang sama Nur Syamsiah dapat dimasukkan dalam penyair religius mengingat karya-karyanya bernapaskan nilai keagamaan. Bahkan judul dan temanya banyak yang langsung menyoal simbol-simbol keagamaannya. Puisi sebagai salah satu seni dapat dipandang dalam kerangka keadiluhungan isi yang menghubungkan manusia dengan Tuhan secara transendental. Semua bahasan puisi baik secara langsung maupun tidak langsung pasti mengeksplorasi nilai-nilai kebaikan-keburukan atau Ketuhanan yang mengejawantah dalam kehidupan manusia. Bedanya ada yang membahasakannya secara jelas sebagai simbol-simbol agama, ada yang menyoal nilai universal, ada yang terkesan tak mengeksplisitkan nilai-nilai. Tingkatan ini yang menjadi dasar penggolongan. Klasifikasi semacam ini sangat berguna, meski puisi sebagai karya seni bukanlah ilmu eksakta/pasti yang membutuhkan klasifikasi nomenklatur seperti yang dilakukan pada ilmu biologi. Sebagai ilmu humaniora, pembahasan tentang puisi dapat ditinjau dari berbagai pendekatan. Saat ini kita membahas dari sudut yang diuraikan ini.
Contohnya seperti Ahmadun Yosi Herfanda, Danarto, Zawawi D. Imron, Abdul Hadi WM, Djamal D. Rahman, Agus R. Sardjono, Mustofa Bisri, Wisran Hadi, Acep Zamzam Noor. Atas dasar alasan yang sama Nur Syamsiah dapat dimasukkan dalam penyair religius mengingat karya-karyanya bernapaskan nilai keagamaan. Bahkan judul dan temanya banyak yang langsung menyoal simbol-simbol keagamaannya. Puisi sebagai salah satu seni dapat dipandang dalam kerangka keadiluhungan isi yang menghubungkan manusia dengan Tuhan secara transendental. Semua bahasan puisi baik secara langsung maupun tidak langsung pasti mengeksplorasi nilai-nilai kebaikan-keburukan atau Ketuhanan yang mengejawantah dalam kehidupan manusia. Bedanya ada yang membahasakannya secara jelas sebagai simbol-simbol agama, ada yang menyoal nilai universal, ada yang terkesan tak mengeksplisitkan nilai-nilai. Tingkatan ini yang menjadi dasar penggolongan. Klasifikasi semacam ini sangat berguna, meski puisi sebagai karya seni bukanlah ilmu eksakta/pasti yang membutuhkan klasifikasi nomenklatur seperti yang dilakukan pada ilmu biologi. Sebagai ilmu humaniora, pembahasan tentang puisi dapat ditinjau dari berbagai pendekatan. Saat ini kita membahas dari sudut yang diuraikan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar