Buku | Cita-Cita Harus Diperjuangkan: Bunga Rampai Esai



Dalam pendidikan, menghadapi Revolusi Industri 4.0 tentu bukan hal mudah. Sederet hal perlu dipersiapkan, misalnya saja dengan mengubah metode pembelajaran dalam dunia pendidikan yang ada saat ini. Negara perlu mengubah tiga hal dari sisi edukasi. Yang paling fundamental adalah mengubah sifat dan pola pikir anak-anak zaman sekarang. Selanjutnya,
sekolah harus bisa mengasah dan mengembangkan bakat seorang anak. Terakhir, institusi pendidikan tinggi seharusnya mampu mengubah model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang. Pemerintah perlu memberikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak, misalnya dengan menyediakan teknologi yang mumpuni. Konsep 'KKN' guna suatu kemajuan di zaman sekarang adalah komunikasi, kolaborasi, dan networking bukan seperti zaman dulu di mana KKN berarti negatif kolusi, korupsi, dan nepotisme. Teknologi akan selalu berubah. Mungkin selanjutnya ada revolusi terbaru lagi. Butuh bekal dalam menghadapi sistem terbaru dalam dunia pendidikan sehingga terbentuk sumber daya andal. Oleh karenanya membahas Revolusi Industri 4.0 secara komprehensif dari segala sisi positif dan negatifnya pada lingkungan sekolah membutuhkan kepekaan tafsir dan kecermatan tindakan. Guru sebagai pelaku proses pembelajaran tentu mempunyai cara masing-masing dalam menafsir revolusi industri ini. Bila berpusar-pusar pada proses pembelajaran tentu bahasannya tidak jauh dari bagaimana proses pembelajaran sebagai pelaku didik itu dalam mendidik muridnya (peserta didik). Maka tidak terlepas dari materi, metode dan media pembelajaran. Sementara di luar itu guru merupakan insan yang sama dengan semua orang mempunyai sisi-sisi humaniora. Sisi-sisi kemanusiaan ini bagus untuk diketahui semua orang bahwa bagaimana guru menyiasati tugas yang menumpuk terikat kurikulum yang ketat, dan kreativitasnya sebagai pendidik agar materi pembelajaran dapat terlaksanakan secara baik dan berdaya serta berhasil guna. Mari kita terus memedulikan hal ini, apalagi hal ini dalam konteks kita berada pada era Revolusi Industri 4.0 yang terjadi hubungan sangat erat dengan atmosfir perkembangan teknologi yang masuk sebegitu canggih dalam segala perikehidupan manusia dan peradaban. Hal yang sama terjadi pada siswa sebagai peserta didik, yang merupakan harapan untuk masa depan dengan beragam harapan mereka (siswa) juga. Segala upaya pendidikan dan pembelajaran mesti memperlengkapi siswa (SMP) yang sebagai anak-anak masih butuh banyak bimbingan baik di sisi kognitif, afektif, psikomotorik. Mereka (anak-anak) masih hijau dan butuh bayak pengalaman, dan mesti senantiasa siaga dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi apalagi di era Revolusi Industri 4.0 yang dahsyat. Salah satu sikap mental penting yang mesti mereka milik adalah cita-cita. Dan cita-cita itu mesti diperjuangan. Segala sesuatu tidak ada yang semata-mata jatuh dari langit, mesti ada usaha dan doa. Tentu saja fokus pada buku ini adalah dalam konteks peran berbagai tenaga teknis di sekolah dalam kapasitasnya sebagai siswa atau peserta didik ini dengan segala warna kehidupan masa mudanya yang penuh cita-cita yang mau tidak mau harus dibarengi dengan kewajiban, keharusan, selain hak dan tentu saja kasih karunia. Selebihnya di lembaga pendidikan ada supporting team dunia pendidikan dan pengajaran berupa berbagai tenaga teknis di sekolah dalam kapasitasnya sebagai tenaga pelaksana administrasi, perpustakaan dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat, kebersihan. Buku ini menjadi gelaran yang diharapkan menjadi sumbangan penting guna pembekalan menghadapi sistem terbaru dalam dunia pendidikan seiring teknologi selalu berevolusi lebih dan lebih maju dan canggih sehingga terbentuk sumber daya andal yang dimiliki Indonesia yang dimulai dari SMPN 1 Bojonegoro. Fokus kita sepeti diungkap tadi adalah pada siswa, mereka punya cita-cita dan cita-cita itu harus diperjuangkan.

Judul Buku: Cita-Cita Harus Diperjuangkan: Bunga Rampai Esai

Penulis: Siswa-Siswi Kelas 9 SMPN 1 Bojonegoro

ISBN: 978-602-6346-75-9

Tidak ada komentar: