PENERBITMAJAS.com - Bersama rombongan PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro), sebagai pegiatnya, tim Penerbit Majas Group menghadiri acara Anugerah Sutasoma 2019 di Surabaya. Bertempat di Gedung Kesenian Cak Durasim Kompleks Taman Budaya Jawa Timur Jalan Genteng Kali Surabaya pada Kamis 17 Oktober 2019.
Bersama sekitar 200-an hadirin dari berbagai kalangan (foto ke-3), kehadiran sekitar 20 anggota tim PSJB (foto ke-4 dan 5) dipimpin Ketua PSJB JFX Hoery terutama dalam rangka mensyukuri dan menyambut gembira kemenangan salah seorang anggota PSJB yang karyanya menerima anugerah sebagai Karya Sastra Daerah Terbaik Anugerah Sutasoma 2019 Balai Bahasa Jawa Timur.
Bersama sekitar 200-an hadirin dari berbagai kalangan (foto ke-3), kehadiran sekitar 20 anggota tim PSJB (foto ke-4 dan 5) dipimpin Ketua PSJB JFX Hoery terutama dalam rangka mensyukuri dan menyambut gembira kemenangan salah seorang anggota PSJB yang karyanya menerima anugerah sebagai Karya Sastra Daerah Terbaik Anugerah Sutasoma 2019 Balai Bahasa Jawa Timur.
Dalam buku Anugerah Sutasoma 2019, Ketua Panitia Yulitin Sungkowati, M.Hum. mengatakan Dewan juri terdiri dari beberapa tokoh beberapa tokoh penting dalam dunia sastra dan akademisi sastra Indonesia dan sastra daerah. Mereka adalah Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., Prof. Dr. Darni M.Hum., Dr. M. Shoim Anwar, M.Pd. dan Bonari Nabonenar, S.Pd.
Dalam pengantar Ketua Panitia dan dalam Keputusan Anugerah Sutasoma 2019 disampaikan oleh Kepala Balai Bahasa Jawa Timur Drs. Mustakim, M.Hum. (foto ke-2), para dewan juri tersebut menilai kategori Komunitas Sastra (dianugerahkan kepada Sanggar Saksi), kategori Sastrawan Berdedikasi (dianugerahkan kepada Ismoe Rianto), kategori Karya Sastra Indonesia Terbaik (dianugerahkan kepada antologi puisi Jalan Lain ke Majapahit karya Dadang Ari Murtono), kategori Karya Sastra Daerah Terbaik (dianugerahkan kepada novel Tembang Raras Tepis Ratri karya Sunaryata Sumardjo), kategori guru bahasa dan sastra Indonesia berdedikasi (dianugerahkan kepada Tjahjono Widijanto Guru SMAN 1 Kedunggalar Kabupaten Ngawi), kategori guru bahasa dan sastra daerah berdedikasi (dianugerahkan kepada Mistijah Guru SMPN 2 Kras Kabupaten Kediri), dan kategori buku esai/kritik sastra terbaik (dianugerahkan kepada buku Postmitos: Esai-Esai S. Jai).
Dalam uraian Keputusan Anugerah Sutasoma 2019 disampaikan oleh Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, keputusan Dewan Juri Anugerah Sutasoma 2019, karya sastra terbaik anggota PSJB tersebut adalah novel Tembang Raras Tepis Ratri karya Sunaryata Sumardjo. Sebagai karya pemenang kategori karya sastra daerah terbaik, novel ini memiliki kualitas yang paling baik menunjukkan keistimewaan dari beberapa sisi: Judul, ilustrasi sampul, sebagai sebuah bangunan memiliki kekhasan sebagai ciri khas atau keistimewaan pada unsur pembangun secara intrinsik yakni alur konflik batin, juga menyuguhkan daya bayang yang membuat pembaca penasaran dan membayangkan peristiwa yang terjadi. Percintaan diolah menjadi cerita yang berbobot dengan tidak menekankan adegan-adegan picisan tetapi mengandung makna yang dalam dan positif, menawarkan nilai-nilai kesetiaan, kejujuran, ketegaran dan solidaritas antarperempuan.
Juga dalam uraian Keputusan Anugerah Sutasoma 2019 disampaikan oleh Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, diungkap karya anggota PSJB yang lain dalam penilaian Anugerah Sutasoma kategori karya sastra daerah adalah novel Tante Haryati (karya JFX Hoery), novel Suli (karya Yes Ismie), kategori karya sastra Indonesia adalah 1000 Haiku (karya JFX Hoery) dan buku-buku Penerbit Majas Group. Dari 13 buku karya Sastra Indonesia yang dinilai oleh dewan juri, lima (5) di antaranya adalah buku terbitan Penerbit Majas Group. Lima judul buku ini (disusun sesuai urutan dari dewan juri) adalah Anak Turun Airlangga (karya Yonathan Rahardjo), Pertobatan Seorang Golput (karya Yonathan Rahardjo), Petualangan Siswa Indigo (karya Emi Sudarwati), Nyanyian Bidadari (karya Nono Warnono), Rona Hidup (karya Emi Sudarwati). Demikian uraian penilaian dewan juri terhadap lima buku Penerbit Majas Group tersebut:
Anak turun Airlangga karya Yonathan Rahardjo. Novel anak turun Airlangga yang ditulis oleh Yonathan Rahardjo ini merupakan salah satu karya intertekstual. Novel ini menceritakan kisah yang terkait dengan cerita Panji dan dalam lingkup keturunan Raja Airlangga yang kerajaannya yang telah pecah menjadi dua yakni Kediri (Panjalu) dan Jenggala (Kahuripan). Membaca novel ini cukup mengasyikkan karena penarasiannya mengalir. Namun kesan yang terasa paling kuat dalam novel ini adalah seperti menceritakan kembali kisah-kisah yang sebenarnya sudah diketahui masyarakat. Masyarakat sudah akrab dengan kisah-kisah yang terkait dengan cerita Panji. Adakah kreativitas baru yang dihadirkan dalam novel Anak Turun Airlangga terkait dengan cerita Panji ini? Dalam karya intertekstual seperti ini sangat diharapkan ada gagasan-gagasan baru yang kontekstual dengan kekinian. Namun sayangnya novel ini hanya menceritakan kembali kisah-kisah klasik tersebut.
Pertobatan seorang Golput karya Yonathan Rahardjo. Novel ini terkesan dikisahkan dalam gaya esai atau juga bisa dilihat menggunakan gaya berita dengan data-data yang nyata. Penamaan dalam berbagai kejadian juga seperti informasi kegiatan politik yang ada di Indonesia atau semacam potret politik yang pernah terjadi di Indonesia. Dalam menuliskan kisahnya, sastrawan ini tampak menuliskan nama-nama tokoh dan tempat kejadian seperti disajikan begitu saja. Dengan penulisan seperti itu, novel ini menjadi semi sastra dan juga semi berita politik. Sastrawan tidak berusaha untuk berkisah dengan menciptakan tokoh-tokoh separoh simbolik dalam sastra, tetapi ditulis dengan apa adanya. Novel ini tentu penting karena memberikan informasi yang cukup banyak di sekitar politik Indonesia. Wujud novel ini lebih tampak terposisikan sebagai dokumen sosial-politik Indonesia, yang tentu dipandang penting bagi bidang non sastra, seperti dalam bidang politik dan sejarah. Kisah dalam novel ini ditulis dengan bahasa yang lancar, mudah dipahami, dan dekat sebagai karya jurnalistik.
Petualangan Siswa Indigo karya Emi Sudarwati. Novel Petualangan Siswa Indigo karya Emi Sudarwati mengisahkan seorang indigo di tengah masyarakatnya. Novel ini dinarasikan dengan alur yang linier yang tidak membutuhkan kerja keras untuk membacanya. Mungkin ketika menulis novel ini pembaca yang dibayangkan sastrawannya adalah pembaca anak-anak. Novel ini disertai dengan gambar-gambar realis yang membuat novel ini lebih mudah lagi dipahami. Di banyak bagian diselipkan kata daerah Jawa, yang bagi pembaca dari daerah Jawa akan merasa dekat dengan cerita ini. Novel ini cocok dibaca oleh pembaca awal, yang baru membaca-baca karya sastra karena tidak tampak ada kerumitan untuk memahaminya.
Nyanyian Bidadari karya Nono Warnono. Dalam buku kumpulan puisi Nyanyian Bidadari ini terhimpun sekitar 112 judul puisi dalam bahasa yang sederhana, yang mudah dipahami. Bahasanya tidak terlalu puitis dan di dalam puisi terekspresikan hampir semua yang diamati atau dialami, termasuk sampai pada soal hubungan manusia dengan Tuhannya. Puisi-puisinya ditulis secara bersahaja, dan cukup menarik untuk dibaca karena menyajikan soal-soal yang dekat dengan kehidupan kita pada umumnya.
Rona hidup karya Emi Sudarwati. Buku ini memuat 28 judul cerpen dan 28 judul puisi. Cerpen-cerpen dan puisi-puisi yang ditulis ini banyak berkisah tentang kehidupan remaja dengan segala romantikanya. Karya-karya dengan karakteristik seperti ini tentu menarik pembaca remaja. (YR/Foto: Viyo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar